Page 142 - Kedua-Orang-Tua-Rasulullah-Penduduk-Surga-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-242-Hal-dikompresi-1
P. 142
140 | Membela Kedua Orang Tua Rasulullah
Dalam bait-bait sya’ir di atas al-Hafizh Ibnu Nashiriddin
dengan jelas menilai bahwa hadits tentang dihidupkannya kembali
kedua orang tua Rasulullah adalah hadits dengan kualitas dla’if saja,
bukan hadits maudlu’. Dan sesungguhnya al-Hafizh Ibnu Nashiriddin
adalah bagian dari ulama hadits yang telah mencapai derajat huffazh.
As-Suyuthi berkata: “Sebagian orang mulia (ulama) telah
memberitakan kepadaku bahwa mereka telah mendapatkan fatwa
sama persis seperti demikian ini dari tulisan tangan al-Hafizh Ibnu
Hajar al-‘Asqalani, dan bahwa dia (Ibnu Hajar) mengatakan bahwa
sesungguhnya keutamaan dan kemuliaan Rasulullah terus
bertambah (dan bahwa kehidupan kembali kedua orang tuanya
221
adalah salah satu bentuk pemuliaan dari Allah bagi Rasulullah)” .
Catatan Penutup Berharga Dalam Risalah Masalik al-Hunfa
Ada sebagian ulama yang memandang metode-metode yang
kita jelaskan dalam membela kedua orang tua Rasulullah ini tidak
kuat, karena itu mereka memilih menetapkan dua hadits riwayat
Muslim juga beberapa riwayat lainnya apa adanya, tanpa
menganggapnya itu sebagai hadits yang telah dihapus (mansukh)
atau lainnya. Namun demikian mereka berkata bahwa tidak boleh
bagi siapapun untuk menyebut-nyebut perkara itu [artinya;
menganggap kedua orang tua Rasulullah termasuk orang-orang
kafir].
As-Suhaili dalam ar-Raudl al-Unuf setelah mengutip riwayat
Muslim tersebut menuliskan: “Tidak boleh bagi kita mengatakan
bahwa kedua orang tua Rasulullah kafir [dalam neraka]”, oleh karena
Rasulullah bersabda: “Janganlah kalian menyakiti orang-orang hidup
dengan jalan mencaci-maki orang-orang yang telah mati [dari
keluarga mereka]”. Allah berfirman: [maknanya] “Sesungguhnya
al-Hunfa, h. 231 (lihat al-Hawi Li al-Fatawi, j. 2, h. 231), dan ad-Duraj al-Munifah, h.
7
221 Lihat Nasyr al-‘Alamain, as-Suyuthi, h. 14