Page 138 - Kedua-Orang-Tua-Rasulullah-Penduduk-Surga-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-242-Hal-dikompresi-1
P. 138

136  |  Membela Kedua Orang Tua Rasulullah

            Thalib dapat melaksanakan shalat Ashar. Ath-Thahawi menyebutkan
            bahwa hadits ini adalah hadits sahih (tsabit). Seandainya kembalinya
            matahari  tersebut  dari  setelah  terbenamnya  tidak  memberikan
            manfaat  pembaharuan  waktu  maka  tentulah  Allah  tidak  akan
            mengembalikannya  (dan  Rasulullah  tidak  akan  meminta  demikian).
            Maka demikian pula dengan dihidupkannya kembali kedua orang tua
            Rasulullah dan beriman setelah kematian keduanya; tentunya iman
            keduanya  diterima.  Bagaimana  tidak, sementara Allah  sendiri  telah
            menerima  taubat  kaum  nabi  Yunus  yang  padahal  mereka  benar-
            benar tengah diselimuti siksa Allah, sebagaimana dinyatakan dalam
            sebagian  pendapat  ulama  dan  juga  itu  adalah  makna  zahir  dalam
            ayat al-Qur’an tenang meraka?! Adapun ia (Ibnu Dihyah) mengambil
            dalil dengan firman Allah QS. Al-Baqarah: 119 (Wa la tus’alu ‘an ash-
            hab  al-Jahim);  kita  jawab  bahwa  keumuman  ayat  tersebut
            terkhususkan  bagi  kedua  orang  tua  Rasulullah  setelah  kedua
                     216
            beriman” .
                    Al-Hafizh  as-Suyuthi  memuji  catatan  al-Qurthubi  dalam
            kritik-nya  terhadap  Ibnu  Dihyah  di  atas,  dan  bahkan  as-Suyuthi
            menambahkan  dan  memperkuat  kebenaran  yang  ditulis  oleh  al-
            Qurthubi tersebut, beliau berkata:
                    “Pendapat  al-Qurthubi  ini  adalah  pemahaman  yang  sangat
            benar  dan  teliti  (Ghayah  at-tahqiq),  dan  pengambilan  dalil  beliau
            dengan  peristiwa  kembalinya  matahari  dari  tempat  terbenamnya
            adalah pemahaman yang sangat baik (Ghayah al-hasan), dan karena
            itulah maka shalat Ali ibn Abi Thalib dihitung sebagai shalat ada’an
            (tepat  pada  waktunya),  seandainya  kembalinya  matahari  tersebut
            tidak memberikan manfaat tentunya Rasulullah tidak akan meminta
            demikian  kepada  Allah,  dan  oleh  karena  shalat  Asar  itu  sendiri
            dianggap  sah  bila  diqadla  di  waktu  maghrib  (dengan  alasan  yang
            dibenarkan  syari’at).  Dan  aku  telah  mendapati  sebuah  hadits  yang
            lebih  jelas  untuk  dijadikan  dalil,  yaitu  hadits  yang  menceritakan
            bahwa  Ash-habul  Kahfi  kelak  di  akhir  zaman  akan  dibangkitkan
            kembali,  meraka  akan  menunaikan  ibadah  haji,  dan  mereka  akan
            menjadi bagian dari umat Rasulullah ini; sebagai bentuk karunia dan

                  216  al-Qurthubi, at-Tadzkirah Fi Ahwal al-Mawta, h. 17
   133   134   135   136   137   138   139   140   141   142   143