Page 162 - Kedua-Orang-Tua-Rasulullah-Penduduk-Surga-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-242-Hal-dikompresi-1
P. 162

160  |  Membela Kedua Orang Tua Rasulullah

            lalu ia mendustakan hadits tersebut (mengingkarinya) maka ia telah
            mendustakan  tiga  pihak;  ia  mendustakan  Allah,  ia  mendustakan
            Rasulullah,  dan  ia  telah  mendustakan  para  perawi  hadits
                     255
            tersebut” .
                    Al-Hafizh  Ibnu  Hajar  al-Asqalani  dalam  kitab  an-Nukat  ‘Ala
            Ibnis Shalah mengutip perkataan al-Hafizh al-Ala-i menuliskan: “Ibnul
            Jawzi  memiliki  kesalahan  karena  ia  terlalu  berlebihan  dalam
            menghukumi maudlu’ terhadap beberapa hadits, padahal sandaran
            dia dalam kebanyak penilaiannya tersebut hanyalah kelemahan para
                                        256
            perawinya saja (dla’f ar-ruwat)” .
                    Ibnu Hajar al-Asqalani juga menuliskan:
                    “Terkadang,  Ibnul  Jawzi  dalam  menghukumi  maudlu’
            terhadap beberapa hadits dengan hanya bersandar kepada penilaian
            para  imam  hadits  terdahulu  terhadap  hadits-hadits  yang  secara
            menyendiri  (tafarrud)  diriwayatkan  oleh  para  perawi  yang  gugur,
            yang padahal kemungkinan penilaian mereka adalah bahwa riwayat
            tafarrud tersebut hanya dari satu jalur sanad saja; yang mungkin saja
            hadits dimaksud memiliki jalur lain [yang sahih]. Penilaian para imam
            hadits ini tidak banyak diteliti kembali oleh Ibnul Jawzi. Atau bisa jadi
            ketika Ibnul Jawzi menuliskan karyanya; al-Maudlu’at; ia tidak ingat
            terhadap  jalur-jalur  lain  yang  mungkin  dapat  menguatkan  hadits-
            hadits yang dia anggapnya sebagai hadits maudlu’, yang karenanya ia
            memasukan  dalam  karyannya  tersebut  beberapa  hadits  yang
            berkualitas  munkar  atau  dla’if;  yang  padahal  itu  dapat  diamalkan
            dalam  perkara  at-targhib  wa  at-tarhib,  bahkan  ada  pula  beberapa
            hadits yang berkualitas hasan yang ia masukan di dalamnya, seperti
            hadits tentang shalat tasbih dan hadits tentang membaca ayat kursi
            setiap selesai shalat yang telah dinyatakan sahih oleh an-Nasa-i dan
            Ibnu  Hibban.  Hadits-hadits  dengan  kualitas  ini  [yaitu  sahih  atau
            hasan]  yang  dinilai  maudlu’  oleh  Ibnul  Jawzi  hanya  sedikit  saja.
            Adapun  hadits-hadits  berkualitas  dla’if  yang  ia  nilai  sebagai  hadits-




                  255  Lihat Nasyr al-Alamain, as-Suyuythi, h. 16 mengutip dari az-Zarkasyi.
                  256  An-Nukat ‘Ala Ibnus-Shalah, Ibnu Hajar al-‘Asqalani, j. 1, h. 848
   157   158   159   160   161   162   163   164   165   166   167