Page 159 - Kedua-Orang-Tua-Rasulullah-Penduduk-Surga-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-242-Hal-dikompresi-1
P. 159
Membela Kedua Orang Tua Rasulullah | 157
orang yang datang sesudah beliau yang tidak memiliki pemahaman
dalam urusan hadits; lalu ia hanya ikut-ikutan dengan Ibnul Jawzi
dalam menghukumi kualitas maudlu’. Tentunya, sangat jelas masalah
semacam ini mengandung bahaya yang sangat besar. Keadaan
seperti ini berbeda dengan para imam terkemuka dahulu (al-
mutaqaddimun) yang telah diberi karunia oleh Allah akan kedalaman
dalam ilmu hadits dan keluasan hafalan mereka di dalamnya, seperti
Syu’bah, al-Qath-than, Ibnu Mahdi, dan orang-orang setingkat
mereka, lalu seperti para sahabat mereka, seperti Ahmad ibn Hanbal,
Ibnul Madini, Ibnu Ma’in, Ibn Rahawaih, dan kemudian tingkatan
orang-orang seperti mereka sesudahnya, seperti al-Bukhari, Muslim,
Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa-i, dan seterusnya demikian hingga
zaman ad-Daraquthni dan al-Baihaqi. Dan sesungguhnya tidak
pernah datang lagi orang-orang sesudah mereka yang setingkat
dengan mereka, atau yang dekat dengan tingkatan mereka. Dengan
demikian, bila didapati penilaian kualitas hadits dari para ulama al-
mutaqaddimun seperti itu; lalu dinyatakan oleh mereka ini hadits
maudlu’, maka itu dapat sepenuhnya dapat kita ambil dan dijadikan
sandaran (mu’tamad), karena mereka adalah orang-orang yang telah
diberi karunia besar [keilmuan] oleh Allah, dan jika ada perbedaan
pendapat diantara mereka maka diberlakukan metode tarjih [dengan
250
mengambil pendapat yang lebih kuat]” .
Az-Zarkasyi, setelah mengutip bagian terakhir dari tulisan al-
Hafizh al-‘Ala-i di atas mengatakan bahwa ada sebagian ulama hadits
al-mutaqaddimun menghukumi beberapa hadits sebagai hadits yang
tidak memiliki dasar (maudlu’), tapi ternyata belakangan terungkap
bahwa kualitas hadits tersebut tidak seperti demikian adanya, dan
“Di atas setiap orang yang berilmu ada yang lebih mengetahui (yaitu
251
Allah) QS. Yusuf: 76” .
Dalam menjelaskan pernyataan Ibnus-Shalah yang telah kita
kutip di atas dalam kritik beliau terhadap Ibnul Jawzi, az-Zarkasyi
250 Lihat Nasyr al-Alamain, as-Suyuthi, h. 15, mengutip dari al-Wasy-yu al-
Mu’lam karya al-Ala-i.
251 Nasyr al-Alamain, as-Suyuythi, h. 15, mengutip dari Tasynif al-Masami’
karya az-Zarkasyi.