Page 157 - Kedua-Orang-Tua-Rasulullah-Penduduk-Surga-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-242-Hal-dikompresi-1
P. 157

Membela Kedua Orang Tua Rasulullah  |  155
            tersebut  hanyalah  berkualitas  dla’if  biasa  saja  (muthlaq  al-ahadits
                        244
            adl-dla’ifah)” .
                    Imam  an-Nawawi  dalam  kitab  at-Taqrib  berkata:  “Penulis
            kitab  al-Mauwdlu’at  yang  terdiri  dari  sekitar  dua  jilid  terlalu
            berlebihan,  yang  aku  maksud  dalah  Abul  Faraj  Ibnul  Jawzi,  di
            dalamnya ia banyak menyebutkan hadits-hadits yang tidak berdasar
            jika dianggap sebagai hadits maudlu’, padahal hadits-hadits tersebut
                              245
            hanyalah dla’if saja” .
                    Al-Hafizh  as-Suyuthi  dalam  menjelaskan  tulisan  an-Nawawi
            di atas dalam kitab Tadrib ar-Rawi Syarh Taqrib an-Nawawi, berkata:
                    “… bahkan di dalamnya (kitab al-Maudlu’at karya Ibnul Jawzi)
            terdapat  hadits  berkualitas  hasan  dan  sahih.  Yang  lebih
            mengherankan lagi bahkan di dalamnya ada hadits sahih yang telah
            diriwayatkan  oleh Imam Muslim  sebagaimana  akan  aku  jelaskan  di
            bawah. Adz-Dzahabi berkata: “Ada beberapa hadits yang disebutkan
            oleh Ibnul Jawzi dalam al-Maudlu’at yang berkualitas hasan dan kuat,
            dan berikut ini aku kutip pernyataan as-Sayyid Ahmad ibn Abil Majd
            yang  berkata:  Ibnul  Jawzi  menulis  kitab  al-Maudlu’at,  benar  beliau
            menilai maudlu’ (palsu) terhadap beberapa hadits buruk yang jelas-
            jelas  menyalahi  naql dan ‘aql,  namun demikian  ada  pula  beberapa
            hadits  yang  dinilainya  secara  salah  sebagai  hadits  mawdlu  hanya
            karena  dalam  sanad-nya  ada  seorang  perawi  yang  diperselisihkan
            oleh sebagian kritikus, seperti dikatakan “Fulan dla’if”, atau “Laysa bil
            qawiyy”, atau “Fulan layyin”, padahal penilaian dan kritik semacam
                                                          246
            itu mesti menjadikan haditsnya sebagai hadits batil” .
                    Al-Hafizh  Zainuddin  al-‘Iraqi  dalam  kitab  Alfiyah  Musthalah
            al-Hadits menuliskan sebagai berikut:






                  244  Nasyr al-Alamain al-Munifain, as-Suyuthi, h. 14. Lihat pula Muqaddimah
            Ibnis-Shalah,  karya  Ibnis-Shalah,  h.  128  dengan  syarh-nya;  at-Taqyid  wa  al-Idlah
            karya al-‘Iraqi.
                  245   Taqrib  an-Nawawi  dengan  syarh-nya;  Tadrib  ar-Rawi,  karya  as-Suyuthi,
            1/151
                  246  Tadrib ar-Rawi Syarh Taqrib an-Nawawi, as-Suyuthi, 1/151
   152   153   154   155   156   157   158   159   160   161   162