Page 149 - Art of Ericksonian Hypno
P. 149
The Art of Ericksonian Hypnosis: Prinsip-Prinsip Mendasar dan Penerapannya
Saya kira ia memasuki trance dalam keadaan yang sangat putus asa, sangat
buntu, sehingga kemudian wilayah kreatif kesadarannya mampu melakukan
hal-hal yang secara sadar sangat musykil dilakukan, dan ia melakukannya
berdasarkan pengetahuan yang ia miliki tentang wahyu yang turun dari
langit, tentang peristiwa serupa yang pernah terjadi pada orang zaman dulu.
Dan dalam keadaan trance, yang disebabkan oleh kebuntuan berpikirnya, ia
mengalami waham (delusi) dan dalam waham itu ia merasa mendapatkan
perintah dari langit.
Keadaan trance juga bisa disebabkan oleh kondisi yang sangat nyaman.
Segala sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan karena di sana
terkandung aspek trance. Tanpa kondisi trance tidak mungkin orang bisa
menikmati sebuah kegiatan dengan penuh gairah, dengan penuh konsentrasi,
dan dalam keadaan ia menikmati kegiatannya, pada saat itu ia melupakan
hal-hal lain. Yang ada dalam kesadarannya saat itu adalah bagaimana ia
menikmati kegiatan tersebut.
Orang-orang yang membaca novel yang mengasyikkan, atau menonton film
yang menegangkan, atau orang yang duduk melamun di teras. Itu semua
adalah contoh kegiatan sehari-hari yang berkaitan dengan kondisi trance.
Begitu juga dengan orang-orang yang khusyuk berdoa, yang melakukan
ritual agamanya secara khidmat, mereka memasuki kondisi trance juga.
Singkatnya, yang menyebabkan munculnya kondisi trance adalah ketika
faktor kritis ikiran sadar tidak menjalankan fungsinya sehingga wilayah
kreatif kesadaran, atau yang secara umum disebut sebagai pikiran bawah
sadar, bisa mengekspresikan dirinya secara optimum tanpa campur tangan
pikiran sadar.
Singkatnya, dalam situasi ketika pikirannya fokus pada satu gagasan, orang
memasuki kondisi trance. Dalam situasi ketika orang menikmati satu
kegiatan, orang memasuki kondisi trance. Dalam situasi ketika pikirannya
mentok, orang memasuki kondisi trance.
Apakah trance sama dengan kondisi khusyuk pada orang-orang yang
melakukan ibadah?
Ada aspek-aspek yang serupa antara ibadah dengan trance terapetik, yakni
pada keadaan tenteram yang bisa dihasilkan melalui kondisi-kondisi tersebut.
Ada fungsi-fungsi terapetik baik pada trance untuk kepentingan terapi
maupun dalam ibadah. Ada kesadaran yang terfokus pada satu gagasan
tertentu. Pada ibadah, fokus itu adalah Tuhan. Pada trance terapetik, fokus itu
tertuju pada gagasan tertentu yang disugestikan oleh operator hipnosis.
A.S. Laksana 149

