Page 154 - Memahami-Bidah-Secara-Komprehensif
P. 154
152 | Memahami Makna Bid‟ah
jawab: Rasulullah juga telah bersabda: “Man Sanna Fi al-Islam
Sunnatan Hasanatan Fa Lahu Ajruha Wa Ajru Man „Amila Biha…”.
Bila mereka berkata: “Adakah kaedah syara‟ yang
mengatakan bahwa apa yang tidak dilakukan oleh Rasulullah
adalah bid‟ah yang diharamkan?”, kita jawab: Sama sekali tidak
ada.
Lalu kita katakan kepada mereka: “Apakah suatu perkara
itu hanya baru dianggap mubah (boleh) atau sunnah setelah
Rasulullah sendiri yang langsung melakukannya?! Apakah kalian
mengira bahwa Rasulullah telah melakukan semua perkara
mubah?! Jika demikian halnya, kenapa kalian memakai Mushaf (al-
Qur‟an) yang ada titik dan harakat i'rab-nya?! Padahal jelas hal itu
tidak pernah dibuat oleh Rasulullah, atau para sahabatnya!
Apakah kalian tidak tahu kaedah Ushuliyyah mengatakan:
ِ
ِ
َْ َ
َ يرح تلاَيضتقػكَىاَُ ؾر ػتلا
ْ
ْ
ْ
َ
“Meninggalkan suatu perkara tidak tidak menunjukkan bahwa perkara
tersebut sesuatu yang haram”.
Artinya, ketika Rasulullah atau para sahabatnya tidak melakukan
suatu perkara tidak berarti kemudian perkara tersebut sebagai
sesuatu yang haram.
Sudah maklum, bahwa Rasulullah berasal dari bangsa
manusia, tidak mungkin beliau harus melakukan semua hal yang
Mubah. Jangankan melakukannya semua perkara mubah,
menghitung semua hal-hal yang mubah saja tidak bisa dilakukan
oleh seorangpun. Hal ini karena Rasulullah disibukan dalam
menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berdakwah,
mendebat orang-orang musyrik dan ahli kitab, memerangi orang-
orang kafir, melakukan perjanjian damai dan kesepakatan
gencatan senjata, menerapkan hudud, mempersiapkan dan