Page 34 - Hukum Perbankan Indonesia
P. 34

3.  Era Perbankan Bebas (Free Banking Era)

                 Setelah penutupan Second Bank of the United States pada tahun 1836,
                 negara tersebut memasuki periode yang dikenal sebagai Era Perbankan
                 Bebas atau Free Banking Era,  yang berlangsung hingga tahun 1863.
                                          25
                 Selama era ini, ketiadaan bank sentral nasional membuat regulasi
                 perbankan diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah negara bagian.
                 Undang-undang perbankan negara bagian memungkinkan pendirian
                 bank-bank  baru  dengan relatif mudah—selama  mereka memenuhi
                 persyaratan tertentu, seperti penyetoran obligasi negara bagian atau
                 aset lain sebagai jaminan.
                     Ciri khas era ini adalah maraknya pendirian bank-bank  negara
                 bagian  dan penerbitan  mata uang  kertas  oleh masing-masing  bank
                 tersebut. Mata uang kertas ini biasanya didukung oleh obligasi negara
                 bagian atau aset-aset lain, tetapi tingkat jaminan dan nilai uang tersebut
                 sangat  bervariasi.  Kurangnya pengawasan  federal dan standar  yang
                 tidak konsisten menciptakan ketidakpastian dalam sistem perbankan.
                 Hak tersebut disebabkan oleh kualitas serta keandalan mata uang yang
                 berbeda-beda antara satu bank dan bank lain.

                     Era Perbankan Bebas ditandai oleh sejumlah tantangan signifikan
                 berikut.
                 a.  Ketidakstabilan finansial. Tanpa regulasi dan pengawasan yang
                     memadai, banyak bank beroperasi dengan praktik yang tidak
                     bertanggung jawab. Beberapa di antaranya adalah “bank liar” atau
                     wildcat banks, yang didirikan di daerah terpencil dan menerbitkan
                     uang kertas tanpa dukungan aset yang cukup. Praktik ini mening-
                     katkan risiko kegagalan bank dan merugikan kepercayaan publik
                     terhadap sistem perbankan.
                 b.  Ketidakseragaman mata uang. Dengan setiap bank menerbitkan
                     mata uangnya sendiri, terjadi keragaman bentuk, desain, dan nilai
                     mata uang kertas. Hal ini menimbulkan kebingungan dan kesu-



                 25   Baca juga, Free Banking Era dalam Macey Miller, 1997, Banking Law and Regulation,
                     Aspen Law & Business, hlm. 8–10.

                 18   Hukum Perbankan Indonesia dan Respons …
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39