Page 19 - Pengembangan Kepribadian Guru
P. 19
ketidaksadaran atas kebodohan tersebut. Inilah bentuk kebodohan yang
paling berbahaya.
Oleh karena itu, seorang guru tidak hanya bertugas mengajar atau
menyampaikan bahan ajar, tetapi juga bertanggung jawab untuk mengejar
ketertinggalan yang dialami suatu bangsa. Pendidikan harus menjadi
sebuah dinamika idelogis yang mampu membangunkan generasi penerus
bangsa yang mencintai tanah air dan berupaya menjadikan bangsanya
lebih benar serta lebih besar. Fenomena ketika para penguasa rakus akan
kekayaan, sementara rakyatnya malas kerja keras, harus segera diakhiri.
Jalan utama untuk mengatasi hal ini adalah melalui pendidikan yang
berorientasi pada masa depan yang berlandaskan nilai-nilai ideologis.
Jika sekolah terbukti tidak relevan, menjadi penghalang bagi anak
untuk memahami realitas lingkungannya (McLuhan, Weiner), meng-
ajarkan hal-hal kuno dan tidak mengembangkan kecerdasan (Gardner,
Bruner), didasarkan pada rasa takut (Holt), menghambat proses pembel-
ajaran yang bermakna (Rogers), menyebabkan keterasingan (Goodman),
serta menghukum kreativitas dan kemandirian (Fredenberg). Dengan
demikian, jelas bahwa sekolah tidak mampu memberikan yang terbaik
bagi bangsa dan peserta didik. Oleh karena itu, sekolah harus diubah,
bahkan segera (Postman, 2001: 16).
Wajar jika saat ini diperlukan kepribadian guru yang tidak hanya
berkualitas dan profesional, tetapi juga memiliki pemahaman ideologis.
Guru yang ideologis berperan penting dalam menentukan sebuah masa
depan bangsa secara simultan. Setidaknya, ada tiga masalah krusial yang
penting dimiliki oleh setiap guru sebagai ideolog pendidikan untuk
membangun generasi yang lebih baik.
1. Guru Ideolog Pendidikan
Setiap guru harus menjadi pendidik bagi bangsa. Guru yang senantiasa
berada dalam posisi puncak membangun idealisme kebangsaan dan me-
majukan pendidikan sebagai pintu gerbang dalam membangun bangsa.
Pintu perjuangan guru untuk membangun bangsa adalah pendidikan.
Bab 1 Pendahuluan 3

