Page 107 - Wabah (KUMPULAN CERPEN)
P. 107
tidak lagi pergi ke universitas, tidak bisa lagi bekerja dan
berpesta-pesta murah setelahnya. Slogan “Musim dingin
musim bercinta” ikutan mati karena tidak ada waktu tersisa
untuk memikirkan hiburan. Mahasiwa cum barista, ma-
hasiswa cum tukang cuci piring, mahasiswa cum penjaga
anjing atau kelinci, dan mahasiswa cum lain-lainnya sibuk
memikirkan nasib sendirian. Bahkan para pemberi dana
beasiswa memotong anggarannya, hibah-hibah dibatalkan,
universitas memotong fasilitas, dengan alasan yang sama.
Mereka tertawa perih ketika aplikasi mereka yang berbunyi:
memohon bantuan karena wabah, dibalas dengan kalimat:
kami harus menolak karena wabah. Kekhawatiran bergumul
sangat cepat. Kesedihan yang satu ditabrak oleh kesedihan
yang lain tanpa sempat dihayati. Dalam situasi begini, di
negeri asing ini, jangankan menjalankan ritual ngawang-
ngawang bernama diskusi, memperpanjang izin tinggal be-
berapa bulan saja sulit terbayang.
Namun dengan kebetulan yang ajaib, teman Josep,
seorang tualang beasiswa yang sudah kehabisan waktu
untuk disebut mahasiswa cemerlang atau rajin saking
lamanya sekolah, menemukan satu sistem, atau bisnis.
Sistem ini berawal ketika salah seorang kolega dari
mahasiswa ini positif wabah dan harus isolasi. Dengan
imbalan yang lumayan, ia meminta bantuan mahasiswa ini
untuk membelanjakan kebutuhan rumahnya, plus sedikit
kebutuhan spesialnya. Sistemnya pun segera populer karena
mahasiswa ini dengan santai dan tanpa pertanyaan berhasil
membelikan Whisky untuk koleganya yang bisa saja sekarat
89

