Page 110 - Wabah (KUMPULAN CERPEN)
P. 110

“Grass adalah kebutuhan sehari-hariku. Dan dua gram
           itu legal. Anggap saja ini tawaran bonus, kalau kamu berha-
           sil, ambillah uang itu. Ya? Aku akan duduk di depan jendela
           dan siap melambaikan tangan selama dua jam ke depan. Aku
           di Jalan Shanghai No. 17. Terima kasih dan selamat siang.”
               Pria bernama Heinrich pun menutup teleponnya se-
           belum Josep sempat mengucapkan terima kasih apalagi
           menolak.
                                  ***


               Dalam keraguan, nyatanya Josep berhasil membawa
           dua gram grass untuk laki-laki bernama Heinrichs itu. Saat
           melambaikan tangan di jendela, Josep melihat pria bertu-
           buh besar dengan pandangan mata seperti burung nasar.
           Ia lambaikan tangan dalam ngeri dan penyesalan. Namun
           rasa itu lebur ketika ia memegang seratus euro untuk kerja
           yang tergolong singkat dan mudah itu. Ia harus berteri-
           ma kasih kepada tetangga kamar di apartemen mahasiswa
           tempat ia tinggal. Tetangga itu dijuluki “sang guru” oleh
           mahasiswa yang lain karena hidupnya sebagian besar habis
           oleh meditasi, menghitung gelombang-gelombang elektron
           di komputernya, dan bercocok tanam grass di balkon. Ia
           berhasil swa-sembada rumput itu dan bahkan menjualnya
           ke beberapa teman. Murah saja, satu gram lima euro.
               Karena keberuntungan itu dan kerinduan mendengar
           cerita-cerita, Josep pun mengajak anak-anak Pos Ninja ber-
           temu di pelabuhan seperti biasa. Tanpa karaoke dan bir di
           genggaman, ritual mereka jadi sedikit dingin dan kering,


                                  92
   105   106   107   108   109   110   111   112   113   114   115