Page 116 - Wabah (KUMPULAN CERPEN)
P. 116
tersumbat masker.
“Aku memang ingin merasakan bisa terbang dengan
sayap sendiri. Diam-diam, sewaktu kecil aku sering mem-
bayangkannya. Tetapi, itu mustahil. Itu hanya mimpi dan
omong kosong. Aku sudah pernah merasakan terbang dari
atas pesawat. Tidak dari sayap sendiri seperti yang kau ka-
takan,” jawab dokter perempuan itu.
Laki-laki itu menatap sekali lagi dokter perempuan di
depannya. Lalu, tangannya bergerak. Telunjuknya menga-
rah pada sebuah tulisan di dinding pabrik. Di sana terlihat
pamflet dari kertas ivory, dengan ukuran A3 (42×29,7 cm),
bertuliskan: “Pada hari kerja, buruh tidak boleh menjalin
cinta.”
Si Dokter perempuan membaca tulisan itu dengan me-
nahan geli. Aturan kok lucu. Mana bisa cinta dilarang?
“Kau pasti ingin tertawa?” tanya laki-laki itu.
“Atas dasar apa kau yakin bahwa kita berdua sedang
menjalin cinta? Lagipula aku dokter, bukan salah satu buruh
di sini, peraturan itu tidak berlaku untukku.”
“Baris terakhir kata-katamu itu buktinya. ‘Peraturan itu
tidak berlaku untukku’. Artinya, kau menyadari bahwa kau
bukan bagian dari buruh di sini, dan seandainya kau menyu-
kaiku, tidak ada aturan yang dilanggar. Bukankah begitu?”
Dokter perempuan itu menatap tajam. Ingin tangannya
menampar laki-laki lancang itu segera. “Aku akan memang-
gil dokter lain untuk menanganimu!”
“Sebentar!” Cegah laki-laki itu, sambil menarik tangan
si dokter.
98

