Page 120 - Wabah (KUMPULAN CERPEN)
P. 120

“Kau hanya perlu percaya dan berkonsentrasi. Inga-
           tan-ingatan di memori kita sebenarnya adalah sepasang
           sayap yang nyata. Sayap itu bisa keluar dan membawa kita
           terbang.”
               Sambil batuk, dan menahan sesak napas yang makin
           hebat, dua orang itu bersiap terbang.
               “Pejamkan matamu, rasakan sesuatu tumbuh di pung-
           gungmu, konsentrasi, rileks,” bisik laki-laki itu.
               Dokter itu terpejam. Ia sebenarnya sulit berkonsentra-
           si. Ia selalu ingat bagaimana mantan suaminya yang selalu
           menyiksanya. Ia ingat anak satu-satunya yang dibawa olah
           suaminya itu kemudian meninggal dunia karena sering di-
           siksa. Ia sulit berkonsentrasi. Ingatan-ingatan menyakitkan
           mengganggunya. Tetapi, justru saat itu juga ia merasakan
           sesuatu tumbuh dengan cepat di punggungnya. Benda itu
           bergerak lemah. Lama-lama tubuhnya terasa ringan. Ka-
           kinya seperti tidak menapak lantai lagi. Pelan-pelan ia
           membuka mata. Laki-laki itu sudah terbang di hadapannya.
           Ia tersenyum seolah mengatakan, “Kamu berhasil!”
               Mereka terbang berputar sambil berpelukan dan berci-
           uman. Kedua tubuh bersayap itu kemudian meninggalkan
           pabrik. Menjauh dari hiruk pikuk pabrik, juga bau obat-
           obatan yang bikin mual.
               Sepasang tubuh bersayap itu semakin menjauh. Semen-
           tara di bawah, sirine ambulan tak berhenti berdenging. Ter-
           masuk, mengangkut sepasang tubuh yang tergeletak di atas
           jalan aspal pabrik itu. Dengan denging yang sama, ambulan
           berlalu menjauh dari pabrik.


                                  102
   115   116   117   118   119   120   121   122   123   124   125