Page 122 - Wabah (KUMPULAN CERPEN)
P. 122
Tanpa Kepala
Muhammad Qadhafi
Di sana kita bertemu. Kau ingin menonjok kepalaku. Namun
kau tak punya tangan. Aku tak punya kepala. Kita sama-sa-
ma bintik hitam yang tak punya tangan dan kepala. Lalu,
antara sadar dan tidak sadar, kau bertanya kepadaku, siapa
sebenarnya dirimu?
***
Kau remaja enam belas tahun. Pertama kalinya tinggal di
ruangan seorang diri, kau susah tidur. Kau terbiasa tidur
dalam berisik, sedangkan malam itu sunyi belaka. Tidak
ada bapak dan bunyi papan ketik yang diketuk keras-keras,
ibu beserta derit mesin jahit, maupun gerisik televisi yang
terjaga meskipun telah kehabisan siaran.
Tiga jam kau hanya telentang menatap langit-langit
kamar kos. Perlahan, cerita-cerita horor yang pernah kau
dengar dari teman masa kecilmu terpantik, menyala-nyala
dalam kepala. Sebentar kemudian, suara tokek terdengar.
104

