Page 126 - Wabah (KUMPULAN CERPEN)
P. 126
diri di rumah. Portal kompleks kosmu mulai ditutup pukul
sembilan malam, seolah wabah itu hantu yang suka keluar
malam. Akhirnya kau lebih banyak menghabiskan waktu
di dalam kamar dan menjadi seorang maniak kebersihan:
sedikit-sedikit pakai sabun, sebentar-sebentar mandi dan
cuci pakaian. Kau bahkan rela memangkas uang makan demi
kebersihan. Lihatlah, dagingmu mulai menyusut, kulitmu
menipis.
Lima hari belakangan, kau makan pagi dan sore hari.
Namun hari ini kau baru sempat makan sekali. Sore ini
mun-cul kabar di pesan grup kelas bahwa salah satu anggota
ekstrakulikuler sepak bola sekolahmu positif terjangkit.
Kau menghitung kapan terakhir kali berjumpa dengan dia.
Baru tujuh hari lalu kau main bola dengannya. Kau panik
bukan main, langsung mandi selama hampir dua jam
dengan bersabun sebanyak enam kali. Namun air dan sabun
sama sekali tidak membersihkan ketakutanmu. Kau malah
menggigil kedinginan.
Selesai mandi, kau termenung cukup lama, sadar-sadar
sudah pukul sembilan malam. Kau buka mesin pencarian,
menelusuri tulisan-tulisan tentang wabah sambil berbaring
menahan gigil. Semakin banyak tulisan tentang wabah yang
kau baca, semakin tebal juga rasa takutmu. Meskipun takut,
kau tetap lanjut membacanya, persis sensasi membaca cerita
horor. Dan sebagaimana yang kau tahu, cerita horor tak
pernah memberimu kesempatan mengatasi rasa takutmu
sendiri. Bahkan setelah selesai diceritakan, ia justru semakin
hidup, mengasuh ketakutanmu dengan luar biasa menyebal-
108

