Page 130 - Wabah (KUMPULAN CERPEN)
P. 130
akan dibonceng ayah dengan motor membeli ayam kampung
yang kakinya telah diikat dengan tali rafia tepat di depan
pasar. Ayam, menthok, itik di dalam kandang kayu diletakkan
di atas jok motor pedagangnya adalah pemandangan yang
umum menjelang lebaran di Pasar Kotagede.
Dari tahun ke tahun, saya yang tidak pernah sanggup
menjalani malam lebaran jika ada yang berubah dari itu
semua. Tidak ada kenikmatan lain di hari terakhir ramadan
selain pergi ke pasar untuk memenuhi kantong belanja de-
ngan bahan-bahan makanan sambil memandangi kebahagian
pedagang selongsong ketupat yang hanya berdagang di sana
setahun sekali. Di rumah saya akan mengisi selongsong
itu dengan beras, dilanjut memotong kentang, merendam
kulit sapi ke dalam santan, mengupas kulit bawang dan
menunggu tangan ajaib ibu meracik itu semua. Ketika buka
puasa datang, amboi, luar biasa nikmat kuah opor yang saya
seruput dari piring ceper tempat saya menaruh lontong dan
ayam kampung yang istimewa itu.
Seorang kawan pernah mengolok saya dengan berkata
bahwa saya harus tahu rasanya perih perantauan. Ada yang
tercerabut jika melewati hal rutin dalam hidup. Bila saya bisa
melewatinya, kata sang kawan, niscaya perasaan tercerabut
itu akan membuat saya menulis 1001 puisi paling pilu dan
menggetarkan. Namun nyatanya itu begitu sulit dilalui.
Saya pernah mengalaminya.
Suatu hari, barangkali sepuluh tahun yang lalu, saya
dan kekasih pergi ke Banyuwangi untuk sebuah pekerjaan.
Perjalanan dilakukan tepat pada beberapa hari menjelang
112

