Page 124 - Wabah (KUMPULAN CERPEN)
P. 124
kau tatap, ada lecet dan darah kering di pangkal jari tengah.
Kau ingin merengek dan menyembunyikan diri di bawah
kasur, tapi jam beker segera memaki, memaksamu bangun.
Kau bangkit, mencuci muka, melumuri badan dengan
balsam dan deodoran, memakai seragam, memasang plester
pada jari tengah yang lecet, lalu meninggalkan kamar be-
rantakan. Di jalan kau sempat mengumpat, hantu sialan!
Kau berani mengatakannya karena setahumu hantu hanya
ada pada malam.
Di sekolah, kau habiskan enam jam berbaring di ruang
UKS. Kata penjaga UKS, kau hanya kurang istirahat dan per-
lu makan lebih teratur. Dia memberimu sebungkus nasi ra-
mes dan dua gelintir pil pereda demam. Setelah makan, kau
meminumnya dengan keyakinan: obat itu pasti menyem-
buhkan. Dan saat bel pulang sekolah berdering, kau merasa
kesehatan turut pulang ke tubuhmu.
Sepanjang perjalanan pulang ke kos, kau berpikir. Jika
demam yang disebabkan hantu mampu dienyahkan obat,
seharusnya hantu penyebab demam dapat dienyahkan
juga. Tiba di kos kau segera menjelajahi internet, mencari
cara-cara mengusir hantu. Kau temukan tulisan yang me-
nyarankan: menjaga kebersihan, menjaga ruang tetap
terang, menjaga barang-barang tetap kering, dan menjaga
keimanan. Kau langsung mempraktikkannya, tanpa peduli
tulisan yang penuh hasrat menjaga itu sebenarnya dibuat
oleh siapa. Entah satpam, pendakwah, dukun, orang iseng,
atau mesin pembuat konten otomatis. Kau merasa tidak
perlu tahu. Kau hanya perlu percaya dan mencobanya.
106

