Page 34 - Wabah (KUMPULAN CERPEN)
P. 34

Bulan Merah Rabu Wekasan


                              Royyan Julian








               Di Kali Sumber Bulan, purnama berkaca. Permukaan
           air memantulkan wajahnya yang merah. Dan kabut, tak ada
           kabut malam itu. Tanpa hijab halimun, candra mengapung
           tenang, memajankan raganya yang memar di angkasa.
               Tetapi pada sepertiga malam terakhir, di mata Kiai Ab-
           dul Jalil, tiba-tiba bulan gemetar, lalu menjatuhkan seberkas
           teja merah. Cahaya itu menembus atap cungkup, rebah di
           pusara Sayyid Yusuf dan menerangi makbara lelaki itu de-
           ngan gelimang sinar abang. Juga kulit sungai. Bagai kanal
           yang mengalirkan darah dari rumah jagal.
               “Itu adalah malam paling hening yang pernah saya
           alami,” kisah Kiai Jalil kepada orang-orang yang nangkring
           di warung kopi. Katanya, waktu itu ia hendak berwudu di
           kamar mandi yang berdiri di sisi langgar. “Tak terdengar
           derik jangkrik, siul burung malam, deru jeram sungai,
           bahkan saya tidak bisa menangkap suara di dalam kepala
           saya sendiri.”

                                  16
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39