Page 47 - Wabah (KUMPULAN CERPEN)
P. 47
Itu dialog terpanjang ibumu sejak kamu di rumah.
Kamu senang, artinya ibumu sudah kembali normal seper-
ti biasanya. Kamu justru khawatir jika ibumu lebih banyak
diam.
“Bu, aku itu nggak pernah mbegal, apalagi mukulin
orang. Masa ibu nggak percaya anaknya sendiri.”
“Sudah, sudah, sana! Nanti keburu dipatuk orang ker-
jaannya,” timpalnya.
Akhirnya kamu pergi dengan perasaan dongkol. Kemu-
dian kamu jadi teringat kembali polisi yang menuduhmu.
Anehnya, korbannya mengiyakan bahwa kamulah pelaku-
nya. Mulanya ia ragu, sebab menurut pengakuannya ketika
itu kejadiannya malam hari dan begitu cepat. Tapi setelah
polisi terus mendesaknya, akhirnya ia mengiyakan bahwa
kamulah pelakunya. Sayangnya kamu tidak tahu wajah
polisi yang memaksamu itu. Matamu ditutup. Kamu ha-
nya ingat bau parfumnya, mirip yang dipakai Kardiman,
preman parkir sejawatmu. Dari kejadian itu semua petaka
dalam hidupmu kamu gendong sampai sekarang. Bahkan
orangtuamu sendiri lebih memercayai polisi itu ketimbang
kamu, anaknya sendiri. Katamu, rasanya dunia seperti
mau kiamat. Dan ketika dalam kepalamu terlintas ingin
mengakhiri hidup, kamu tiba-tiba teringat anakmu.
Setelah sampai di toko kelontong Haji Karyo, orang-
orang mulai menatapmu dengan pandangan yang aneh.
Haji Karyo datang menemuimu dan menanyakan keper-
luanmu. Lalu kamu katakan kalau ibumu yang memberi
tahu bahwa tokonya membutuhkan buruh panggul untuk
29

