Page 56 - Wabah (KUMPULAN CERPEN)
P. 56

Pandangan mata Karno kosong. Yang ada dipikirannya
           hanya doa supaya orang tuanya tidak tertular virus. Karno
           bertanya pada dirinya sendiri. Sesungguhnya tugas manusia
           di dunia ini untuk mencari hidup atau mencari mati? Kini
           Karno merasa bahwa ancaman demi ancaman senantiasa
           menguntit di mana pun manusia berada. Barangkali benar
           bahwa hasil adalah urusan Tuhan, sementara titah setiap ma-
           nusia adalah bergerak. Tapi ia tengah meninggalkan seseo-
           rang yang dicintainya, seseorang yang tengah mengandung
           buah cintanya. Dan di sini ia menghadapi kenyataan bahwa
           orang tua yang juga dicintainya tengah berhadapan dengan
           makhluk yang sewaktu-waktu akan menjelma maut.
               Karno mencari keberadaan bapak dan ibunya. Kedua-
           nya ada di dalam rumah. Ia mengetuk sambil menahan rasa
           sesak di dadanya. Dibatasi jendela kaca keduanya bertemu.
           Ia khawatir tapi ibunya justru tersenyum seakan meyakinkan
           bahwa dirinya baik-baik saja.
               “Jangan khawatir, kami baik-baik saja! Itu bapakmu
           baru selesai mandi. Kita ini berasal dari tanah dan akan
           kembali ke tanah. Keluarga ini hidup dari dan dengan tanah.
           Kamu tidak usah khawatir.” ujar sang ibu sembari menuang-
           kan air putih dari kendhi ke dalam gelas untuk suaminya.
               “Karno bawa ubi rebus kesukaan ibu dan bapak.”
               “Letakkan di depan pintu, nanti kuambil,” kata sang
           bapak.
               “Njih, Pak,” jawab Karno.
               “Kamu istirahat dulu saja di rumah Ngabdul.” ujar sang
           ibu tenang.


                                  38
   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61