Page 90 - Wabah (KUMPULAN CERPEN)
P. 90

itu terlampau luas tak terbatas. Tak ada ujung tak ada tepi.
           Lalu ia muncul tenggelam hingga akhirnya mati. Kulihat
           manusia yang lain penuh bisul dengan kaki dan tangan yang
           terikat. Ini jauh menyeramkan dari film-film penyiksaan
           yang pernah kusaksikan di layar televisi. Mereka berjalan
           tertatih dilecut rotan bertubi-tubi.
               Di bawah sana, tampak serupa biorama gaduh yang
           menyeramkan. Aku terpejam, mataku tak sanggup lagi me-
           nyaksikan semuanya. Tubuhku bergetar ketakutan. Krekkk!
           Kaosku sobek, tubuhku terlepas, aku merasa diterjunkan
           seketika!
                                  ***


           Sejak pandemi, Paino jadi pegangguran. Biasanya ia akan
           membawa dagangannya di gerbang sekolah dan keliling
           kampung. Anak-anak sekolah akan menyambanginya
           pada jam istirahat atau jam pulang sekolah untuk membeli
           makanan yang ia bawa. Ia berjualan makanan dengan modal
           yang tak besar tapi itu mampu untuk mencukupi kebutuhan
           harian keluarganya. Setidaknya agar dapur tetap mengepul.
           Apalagi kini Sri telah melahirkan bayi, kebutuhan hidup
           jadi bertambah.
               Tepat selepas Sri melahirkan bayinya, saat itu juga para
           siswa dirumahkan karena kondisi pandemi corona yang
           melonjak. Paino tidak putus asa, dengan sepeda motor bu-
           tutnya ia membawa dagangannya. Namun suasana kini su-
           dah berbeda, dagangannya yang biasanya ludes setiap hari,
           kini masih utuh tak tersentuh. Dua atau tiga kali tak laku,


                                  72
   85   86   87   88   89   90   91   92   93   94   95