Page 93 - Wabah (KUMPULAN CERPEN)
P. 93

baginya, tetangganya dan para peronda.
                   “Mas Paino…syukurlah telah siuman.” Ucap Sri. Paino
               masih tampak kebingungan. Kemudian matanya menang-
               kap sosok Pak Soleh, membuat ia teringat hutangnya meski
               kepalanya masih terasa sakit.
                   “Pak Soleh maafkan saya, Sa…,Saya…”Ucapnya
               terbata-bata.
                   “Terima kasih Pak Paino telah menyelamatkan saya
               dan keluarga. Seandainya tidak ada Pak Paino, harta saya
               pasti sudah dibawa kabur maling. Sebagai ucapan terima
               kasih, saya anggap lunas biaya kontrak rumah bulan ini dan
               bulan depan”. Ucap Pak Soleh. Paino merasa seperti mimpi
               mendengar ucapan Pak soleh. Ia pun ingat, malam itu ia
               berencana maling di rumah Pak soleh. Namun sebelum ia
               memasuki rumah mewah Pak Soleh, ia melihat ada sosok
               maling disana. Akhirnya ia meneriaki maling itu. Maling
               itu terperanjat dan melempar sebongkah batu ke arahnya.
               Batu itu tepat mengenai jidadnya. Setelah itu ia merasa be-
               rada di dunia asing yang menakutkan. Seperti mimpi tapi
               juga terasa kenyataan. Satu hal yang membuatnya gembira
               dan bersyukur, ia bisa kembali melihat dan bertemu istri
               dan anaknya.
                   Meski kini kepalanya terasa pening akibat benturan
               batu, ia setidaknya tidak lagi merasa pening memikir-
               kan pelunasan biaya kontrakannya. Dalam sakit, bibirnya
               tersenyum. Namun hati kecilnya merasa malu. Malu sebab
               ia pernah merencanakan menjadi seorang maling!



                                       75
   88   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98