Page 101 - _Manusia_dan_Sastra_Fix-Antologi_Cerpen
P. 101
meninggalkannya, semoga masih tersisa kenangan itu,
kenangan aku dengan ayah. Sedih sebenarnya menjejakkan
kaki ke kota ini. Tapi aku rindu ayah, aku rindu kenangan-
kenangan bersama ayah, terlalu banyak kisah di kota ini.
Hari ini aku putuskan untuk pergi ke pemakaman
ayah, menengok pusaranya yang sudah lama tak
kubersihkan, bukannya kejam, tapi bagaimana lagi, kota ini
terlalu menyakitkan untuk kutinggali, jadi kuputuskan untuk
pergi dan mencari kedamaian jiwa.
“Kiri bang!” Aku ke pemakaman ayah menaiki angkot
berwarna kuning itu. Lagi-lagi aku teringat ayah, waktu itu
ayah mengajakku ke pasar, karena aku meminta dibelikan
balon, sesampainya di pasar tak ada satupun pedagang
balon di sana, lalu ayah menyuruhku menunggu di alun-alun
kota, ayah pergi keliling-keliling pasar setibanya di alun-alun
kota ayah berkata, “Lihat apa yang kubawakan untukmu!”
Ayah membawa dua balon untukku, ayah bilang apa yang
akan kau tulis ketika balon itu belum diterbangkan ke udara?.
Aku menjawab pertanyaan ayah. Ayo yah sekarang kita tulis
saja lalu kita terbangkan balon ini. Apa yang aku tulis pada
kertas itu.
'Aku menyayangi ayah dan akan selalu bersama
ayah. Ayah adalah satu-satunya orang yang aku cintai jadi
jagalah dia Tuhan.'
Lalu apa yang ayah tulis untukku...
'Dia gadis yang nakal, tapi aku sangat menyayanginya.
Jangan pernah buat gadis kecilku sakit jadi jagalah dia
Tuhan.'
Aku menerbangkan balon itu setinggi mungkin
berharap angin meniupnya menyampaikannya kepada
“Manusia dan Sastra” Antologi Cerpen Teater Getir UNSIQ
101

