Page 103 - _Manusia_dan_Sastra_Fix-Antologi_Cerpen
P. 103

tempat ayah dulu di penjarakan. Kau heran bukan kenapa
           ayahku  di  penjara?  Ini  adalah  kasus  penipuan,  ayahku
           tertuduh membunuh gadis kecil. Ayahku penyayang anak-
           anak, jadi tidak munkin ayahku membunuh gadis kecil itu.

                  Waktu  itu  ayah  pulang  dari  kerjanya  sebagai  supir
           taksi, sore itu ketika aku masih duduk dibangku kelas tiga,
           aku  merengek  meminta  sepatu  baru  yang  harus  berbau
           barbie,  karena  aku  sangat  mengidolakan  semua  tokoh
           barbie,  aku  dan  ayah sering  melihat  ke  toko  walau  hanya
           sekadar  melihat-lihat  saja,  ayah  janji  akan  membelikanya
           untukku, tapi waktu itu ayah belum mendapatkan gajian. Aku
           bilang tak usah ayah ini akan merepotkan ayah, lagian juga
           ini  terlalu  mahal  yah,  tapi  ayah  selalu  bilang  aku  akan
           membelikanya  untuk  gadis  kecilku  supaya  kau  selalu
           semangat untuk belajar. Jangan khawatir besok ayah gajian
           kita akan beli mainan yang banyak dan sepatu itu untukmu.
           Aku teriak kegirangan menari-nari dan memeluk ayah, ayah
           mencium keningku dan membalas pelukanku.

                  ”Besok ayah gajian dan lihat saja apa yang ayah bawa
           untukmu besok.” sambil menyibak rambutku.  “Baiklah
           ayah.” Ku cium pipi ayah.
                  Lalu  aku  menunggu  ayah  di  pinggiran  jalan,
           menunggu sesuatu apa yang dibawa ayahku seperti janjinya
           kemarin. Sudah 1jam aku menunggu tak ada suara detakan
           sandal  ayah.  Apalagi  malam  itu  angin  sangat  dingin,  kota
           kami  memang  selalu  dingin.  Aku  juga  lupa  tidak
           membawakan jaket untuk ayah, ayah pasti kedinginan. Tapi,
           kenapa  ayah  tak  kunjumg  pulang.  Aku  semakin  cemas,
           sudah  sekian  lama  aku  duduk  dan  hanya  mengoyang-
           goyangkan kakiku yang tak menempel dari tanah. Dan ayah
           masih juga belum pulang. Aku berfikir dalam hati apa ayah

           “Manusia dan Sastra” Antologi Cerpen Teater Getir UNSIQ

                                                                           103
   98   99   100   101   102   103   104   105   106   107   108