Page 107 - _Manusia_dan_Sastra_Fix-Antologi_Cerpen
P. 107
Aku ikut ayah ke dalam sel tahanannya. Ayah
menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Waktu itu ayah
pulang dari kerjanya, malam itu ada gadis kecil sudah
tergeletak di tengah jalan yang sepi, tak ada yang
menolongnya, kepalanya berlumuran darah, ayah mencoba
meberikan nafas buatan dan membuka seleting celana anak
itu agar leluasa untuk bernafas. Waktu itu ada yang melihat
ayah, orang itu ketakutan mengira ayah membunuhnya dan
mencabulinya. Padahal ayah menolongnya bahkan ayah
tidak tau siapa gadis malang itu yang sengaja dibunuh oleh
orang. Dan meninggalkannya begitu saja. Ayah panik, orang
yang melihat ayah meminta tolong, dengan cekatan
langsung banyak orang menghampiri ayah, memukul ayah
menyeret-nyeret ayah. Ayah hanya bingung dan polisi
membawa ayah ke kantor polisi. Ayah berkata ayah tidak
pernah melakukan itu dan aku sangat percaya bahwa ayah
tidak mungkin melakukan hal tersebut.
“Mawar… lihat apa yang ayah bawa untukmu.” Ayah
memberikan bungkusan yang sudah dibungkus dengan rapi.
“Ini apa ayah?” Aku menerimanya.
“Bukalah Mawar kau akan tau!” Ayah lagi-lagi
mengusap-usap rambutku.
Aku membuka bingkisan yang ayah berikan, para
tahanan yang satu sel dengan ayah juga berseru cepat
menyuruhku membukanya. Aku membuka bingkisan itu
dengan perlahan dan ternyata isinya adalah sepatu yang aku
inginkan di toko itu. Yang selalu aku lihat dengan ayah ketika
aku berangkat dan pulang sekolah, setiap saat selalu
bertanya-tanya sudah hilang belum sepatu itu, atau jangan-
jangan sudah menjadi milik gadis lain. Atau sudah terbeli
orang terkaya di kota ini, ternyata ayah membelikanya
“Manusia dan Sastra” Antologi Cerpen Teater Getir UNSIQ
107

