Page 111 - _Manusia_dan_Sastra_Fix-Antologi_Cerpen
P. 111

kelelawar jika malam hari tiba. Tapi kami tak pergi jauh masih
           dalam  lingkup  halaman  tahanan  hanya  ketinggian  yang
           membawa ketenangan kami.


                  “Ayah hebat! Dunia yang ayah lihat saat ini. Ini benar-
           benar hebat ayah.” Aku memeluk erat ayah dan menunjuk-
           nunjuk  bangunan  yang  terlihat  lebih  kecil  dari  pandangan
           mata.  “Kau  benar  Mawar  semua  terlihat  indah.”  Ayah
           memegang  erat  tangan  mungilku  dan  mengusap-usap
           rambutku.

           Keesokan harinya semua terasa hening. Angin berhembus
           kencang, ranting pohon patah tak berdaun, merpati engan
           terbang bersama pasanganya. Mentari membenamkan diri.
           Langit merajuk tak membiru di hari itu. Hujan menguyur lebat
           mengeroyok bumi pertiwi, airnya menindih basah mengalir di
           persimpangan selokan kota. Hari ini ayah telah diekseusi. Di
           bantai  dengan  besi  panas  yang  menembus  badan
           lemahnya. Ayah pergi ke sorga Tuhan. Ditimang beribu-ribu
           bidadari  yang  menyugukan  berbagai  macam  kejutan  di
           sorga.


                    Ayah terima kasih telah memberikan kado terindah.
           Membawaku  ketempat  tertinggi.  Memberikan  sepatu  yang
           bagus,  dan  paling  penting  adalah  ketulusan  dan  kasih
           sayang yang selalu hadir di setiap hentakan nafas ini. Ya…
           Ayah  tidak  pernah  hilang  sedikitpun,  ayah  masih  selalu
           disamping  mawar.  Ayah  adalah  ayah  yang  hebat.
           Mengorbankan  nyawa  bahkan  di  pihak  yang  benar
           sekalipun.     Sekali     lagi   trimakasih     ayah.     "Aku
           menyayangimu lelaki tuaku…"




           “Manusia dan Sastra” Antologi Cerpen Teater Getir UNSIQ

                                                                           111
   106   107   108   109   110   111   112   113   114   115   116