Page 114 - _Manusia_dan_Sastra_Fix-Antologi_Cerpen
P. 114

“Kamu  nggak  ngerasa  panas,  po?"  Sahut  Fadli
           mendengar pernyataan Sinta yang terdengar konyol.

                  “Aku  hanya  merasa  kurang  fresh  aja,  karena  ada
           kamu.” Jawab Sinta dengan senyum yang minimalis.

                  “Kok  jadi  begitu?”  Timpal  Fadli  memasang  muka
           kebingungan. Aku sendiri juga bingung.
                  “Karena  aku  degdegan  aja  kalau  deket  kamu.”
           Respon Sinta dengan muka masih membawa senyum yang
           sekarang sudah mulai melebar. Mendengar perkataan Sinta
           yang  seolah  berani  blak-blakan  seperti  itu,  aku
           memandangnya        dengan      tatapan    yang    membentuk
           sepasang alis hampir bertemu.

           Sebentar aku hanya melihat mereka saling pandang dalam
           waktu beberapa detik saling tersenyum penuh arti.

                  “Aku  suka  sama  kamu,  Sin.”  Ya  Tuhan,  Fadli
           mengungkapkan rasa pada Sinta.

                  “Serius?” jawab Sita kebingungan.

                  “Iya, aku serius, pakai banget, Sin.”

                  Mendengar  percakapan  yang  selayaknya  meraka
           lakukan  hanya  berdua,  dan  seolah  aku  tak  ada  diantara
           mereka. Jelas saja aku marah karena Sinta entah lupa atau
           bagaimana,  seharusnya  ia  ingat  permintaan  awalku  untuk
           melancarkan upaya pendekatanku dengan Fadli. Tak kuasa
           akupun  sekonyong-konyong  berlari  meninggalkan  mereka,
           dengan luka masih terbenam dalam hati, aku mencoba untuk
           menenggelamkan  muka  dengan  tangan  yang  kututupkan
           diatas dahi, berharap air mataku tidak terurai jatuh.

                                          ***
           “Manusia dan Sastra” Antologi Cerpen Teater Getir UNSIQ

                                                                           114
   109   110   111   112   113   114   115   116   117   118   119