Page 88 - _Manusia_dan_Sastra_Fix-Antologi_Cerpen
P. 88
“Aku ini siapa—heh? Orang-orang sini tahu siapa aku
ini!”
“Orang seperti kamu?”
Preman itu tampak merah padam. Ia beranjak
mendekati Maniti sambil merogoh saku dalam jas kelabunya.
Sekian detik kemudian, ia tengah menusuki orangtua itu dari
belakang dengan sebilah belati. Semua orang menahan
napas, mencoba mengendalikan diri di dalam keterkejutan.
Orangtua malang itu jelas tertusuk puluhan kali di
punggungnya, namun tak ada darah menetes maupun
erangan yang terdengar. Ketika preman itu mampu
menguasai amarahnya, berhentilah ia untuk mengurut
kepalanya.
Tanpa mampu diduga, Maniti justru tertawa dalam
keadaan yang sedemikian. Napas orang-orang kembali
tercekat melihat perilaku orangtua yang tak merasa terlukai
itu. Si preman yang nampak ngeri dan keheranan kemudian
berlari tanpa arah sambil melemparkan belatinya ke
selokan.Yang lain terbelalak tanpa mampu bergerak.
Tawa Maniti kemudian terhenti. Seketika berubahlah
rautmukanya kembali sendu sebagaimana permenungannya
tadi. Bertanyalah ia kepada semua orang:
“Bagaimana bisa kalian semua tidak mengenalku?”
Han yang duduk tepat di sebelahnya, nampak sangat
terguncang, kini berusaha keras untuk menanyainya.
“Bapak ini siapa?”
“Aku Maniti.”
“Manusia dan Sastra” Antologi Cerpen Teater Getir UNSIQ
88

