Page 125 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 125

114




          buah alamat rumah. Adik iparku tiJiggal di sekitar sini. Ke-
          tika ia tahu aku ada urusan di Lamongan, la memintaku un-
          tuk  mampir. la  bahkan  melarangku  untuk  menginap di
          penginapan umum.
                GH v. Ya! Aku menemukannya! Tapi, keningku kembaii
           berkerut.  Ini  bukan  seperti  sebuah  istana.  Pasti  salah,
           mengingat adik iparku adaiah orang kaya. la adaiah peng-
           usaha sarang burung walet. Seporsi sup sarang burung wa-
          iet harganya bisa giia-giiaan.
                Tak kusangka keiuarga Wayan, adik iparku itu memang
          keiuarga yang sangat sederhana. Aku menatap Wayan dan
           istrinya heran. Rumah mereka boleh jadi yang paling bagus
           di antara penduduk di kampung keci! ini. Tapi, di mataku
           mereka tetap tidak keiihatan terpandang.
                Sore itu  kami duduk-duduk di  teras  depan  rumah,
           membaca koran sambil menikmati singkong goreng buatan
           istrinya  Wayan. Dari tempat itu  aku bisa  meiihat banyak
           orang ialu iaiang.
                "Sore, Pak Jaya. Bagaimana dagangannya? Laris, ya?
           Oo ..., jaian desa seberang rusak lagi karena banjir. Sayang,
           ya?"
                Ini sudah kesekian  kalinya  Wayan menyapa penjual
           makanan dorongan yang lewat di depan rumahnya. Gila ...,
           ia hampir hafai semua nama penjual yang iewat. Dari pen
          jual  mi ayam, siomay, bahkan penjual  bakiak sekaii  pun
           yang tidak setiap hari ia membelinya dikenai.
                Tapi, itu  tidak iebih  dari  yang satu ini. Saat petang
           menjeiang, aku mendapati banyak sekaii makhiuk kedi yang
           menjengkeikan beterbangan, nyarriuk. Ampun! mereka ter-
           bang bergerombol seperti tatalion! Jumiahnya ..., aku me-
           nelan iudah. Kugerakkan badanku, tanganku agar mereka ti
           dak  mengerubungiku.  Buku  yang  kubaca  sudah  tidak
           menarik  lagi.  Aku  mulai  disibukkan  dengan  serangga-
           serangga berhidung lancip yang kelihatannya girang meiihat
   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129   130