Page 129 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 129
118
Tiba-tiba badanku terasa ringan. Apakah nyamuk sialan
itu sudah mati? Nyeri dalam tubuhku pun menghilang.
Ah nyamuk itu past! sudah mati! Aku metonjak
gembira penuh kemenangan. Kudapatkan kembaii kehidup-
anku yang nyaris terenggut.
Malam itu aku tak mau keluar dari kamar mandi. Itu
satu-satunya tempat yang aman dari gangguan batalion
nyamuk. Sisa nyamuk yang ada di dalam kamar mandi su
dah berhasii kubunuh meski dengan usaha keras.
Muiai saat itu aku berseteru dengan nyamuk.
Hari ini aku puiang ke Yogyakarta. Sudah hampir dua
minggu aku berada jauh dari rumah. Rasanya sangat meie-
gakan bisa menginjakkan kaki di rumah menghirup udara
yang sama lagi, terutama bertemu dengan Indah. Aku se-
ngaja membawakan oleh-oieh yang agak banyak untuknya.
Ketika tiba di rumah, Mbok Tinem menyambutku de
ngan senyumnya yang khas.
"Mana Indah?" tanyaku segera. Aku kangen ingin me-
meiuk putriku yang cantik.
Mbok Tinem diam sebentar. la menatapku takut-takut,
"Tadi katanya ke luar sebentar."
Aku sedikit terkejut, "Oh ya ...? Apa dia nggak tahu ka-
lau saya puiang hari ini?"
"Tahu Den ..., tapi tadi teman-temannya tiba-tiba da-
tang dan mengajaknya pergi."
Pergi ke mana dia? Aku meietakkan koperku di atas
lantai.
"Anu Den, beberapa hari iaiu Non Indah baru saja ...
ah." Mbok Tinem menghentikan ucapannya. la meiipat bi-
birnya.
"Baru saja apa? Ada apa Mbok?" aku mengerutkan ke-
ning. Kelihatannya Mbok Tinem menyembunyikan sesuatu.
Pak Sardi, sopirku pun kelihatan aneh hari ini.
Belum sempat kutanyakan pada Mbok Tinem, seko-

