Page 131 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 131

MAUT
          Bidayatun Nuzul Y.A.




          Leiaki itu masih tetap dalam posisi yang sama seperti bebe
             rapa menit lalu ketika aku masuk kembali ke kamarnya.
          Duduk bersandar di  atas tempat tidur, tangannya  masih
          mempermainkan ujung selimut teba! yang memeluk separuh
          tubuhnya, Wajahnya menghadap ke jendela, membebaskan
          pandangannya mengamati pagi di iuar sana. Segelas susu
          panas di atas meja kecil yang kuletakkan saat pertama kali
          aku masuk ke sini tadi tidak berkurang, bahkan mungkin
          tidak disentuh sama sekali. Kukira ia terlalu sibuk dengan
          lamunannya sehingga tidak dapat melirik barang sedikit pun.
          Hati-hati kutaruh mangkuk bubur yang masih mengepuikan
          aroma khas di atas meja seperti meletakkan bayi yang tidur
          pulas di boksnya. Entah mejanya yang terlaiu kecil atau aku
          yang kurang hati-hati, sikuku menyenggol termos. Refieks
          kutangkap termos yang terpelanting itu. Usahaku menjaga
           keheningan kamar agar leiaki itu tidak terganggu menjadi
           buyar gara-gara ulahku sendiri ketika bibirku spontan meng-
           ucap istighfar sebagai kompensasi keterkejutanku. Namun,
           dia tetap mematung seolah tak mendengar apa-apa.
                "Pak ...," tegurku pelan sambil menghimpun keberani-
           an, "... buburnya sudah slap. Silakan, mumpung masih ha-
           ngat."
                Leiaki itu  masih terdiam. Gelas berisi susu kusentuh
   126   127   128   129   130   131   132   133   134   135   136