Page 121 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 121
110
Seringkali aku ketakutan apabila ada semut yang bersem-
bunyi di sana.
Aku turun ke lantai bawah. Oi ruang makan hidangan
sudah tersedia. Kulihat Indah, anakku masih berada di ha-
dapan televisl. Serius sekali tampaknya. la nyarls tak berke-
dip seakan kehHangan waktu seperseklan detik merupakan
malapetaka baginya.
Aku menyuapkan nasi pertamaku ke dalam mulut. Ku-
tatap Indah, yang kelihatan jelas sekali mengacuhkanku.
Rupanya ia masih marah dengan kejadian semalam.
"Dari mana saja kamu, Ndah? Nggak balk anak gadis
pulang jam sebeias malam!"
Indah merapikan kaus ngatungnya yang memperiihat-
kan pusarnya. Ia memilin rambutnya yang dicat biru menye-
dihkan.
"Ke rumah Neli. Dia ulang tahun hari ini, Pa!"
"Ampun Ndah! Kenapa pakai baju seperti itu? Ke-
napa tidak gaun yang dibelikan mama saja yang me.." aku
tercekat. Rasanya ingin kutarik kembali ucapanku.
Wajah Indah kontan berubah. Aku lupa bahwa Indah ti
dak suka bila ada orang yang menyinggung-nyinggung ma
ma nya.
"Indah capek, mau bobo dulu! Besok ada ujian!" ketus
Indah menjawab. Ia berlari-lari keci! menaiki tangga me-
ninggalkanku yang bengong.
Aku menghela napas. Indah bahkan tidak menoieh
meskipun aku mencoba menarik perhatiannya dengan me-
ngetukkan sendokku sesekali pada piring. Sejurus kemudian
kulihat ia bergerak. Ternyata ia hanya melipat kakinya ke
depan dan kemudian membenamkan dagunya di antaranya.
Bagiku sosok Indah yang sedang marah benar-benar me-
ngerikan.
Siapapun tahu bahwa Indah dekat sekali dengan al-
marhumah istrlku. Ia tentunya sangat kehilangan saat ma-

