Page 116 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
        P. 116
     105
        ningnya.
             Sementara si anak memandangnya dengan mata disl-
        pitkan sebab matahari slang Itu sangat terlk.
             Demikian kira-kira lukisan yang kuhadiahkan untuk u-
       lang tahun Halimah yang keenam. Dia menerimanya sambil
        mencium-cium pipiku habls-habisan. Duuuh, manjanya anak
       itu.
             Kini sudah dua puluh tahun usiaku dan Halimah sudah
       duduk di kelas satu SD. la semakin ceria. la pun sudah bisa
       menerima hidup apa adanya. Sepulang sekolah ia memban-
       tuku memasang bingkai lukisan dekoratif yang setiap ming-
       gu dipesan langgananku.
             Sesuatu yang tak putus-putusnya aku syukuri, biasa
       hidup kami terpenuhi oleh jualan lukisanku. Bahkan, bila ada
       waktu lapang, aku bisa  mengajak Halimah jalan-jalan  ke
       tempat-tempat wisata atau ke pusat perbelanjaan di kota
       tempat aku kini berada. Halimah sangat senang diajak jalan-
       jalan. Oleh karena itu, ia  makin rajin  membantuku dengan
       tujuan akan diajak jalan-jalan lagi.
             Akhir-akhir ini  aku berpikir dua kali  untuk mengajak
       Halimah jalan-jalan. Ini menyangkut kejadian minggu lalu.
       Aku tidak ingin kejadian itu terulang lagi. Bila  tetjadi lagi
       hanya akan membawa beban penasaranku.
            Saat itu hampir malam. Di atas angkot yang membawa
       kami pulang duduk di samping Halimah seorang gadis ABG.
       Gadis itu  manis sekali. Ia  memakai jeans ketat berwarna
       coklat muda dipadu dengan kaos oblong berwarna kuning.
            Anehnya, gadis  itu  terus  memperhatikan  Halimah.
       Seolah ia ingin memeluk Halimah saat itu juga. Lalu, gadis
       itu mengambil serangkai anggur dari tas plastik yang dijin-
       jingnya.
            "Adik suka anggur? Ambillah," tawarnya. Ia menatapku
       minta persetujuan dan aku mengangguk. Tapi, tak cukup
       sampai di sItUi Gadis itu kemudian meraih selembar puluhan





