Page 118 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 118

107



         bisa melahirkan lelah, aku terduduk di depan kanvas meng-
        ambiJ kuas dan mengaduk-aduk cat. Lalu, dalarn lelah yang
        sama, aku aktifkan ingatan emosiku. Memoriku menampil-
         kan sebuah layar lebar tergambar di sana, gadis misterius
         itu  dengan  mata berkaca membelal rambut Halimah dan
         kemudian mengecupnya. Ya, persis kejadian di atas angkot
        tempo hari.
              Pemandangan itu  terlukis  sempurna di  atas kanvas
         berukuran 50 x 35 cm. Aku betul-betui puas merangkainya
        dan hati-hati sekali, lukisan tersebut aku gantungkan di din-
        ding samping jendela. Biar setiap bangun pagi, matahariku
        tahu bahwa ada cerita baru untuknya. Akan kuadukan pada-
         nya, aku  mulai memecah mendung itu  satu-satu. Setetes
        demi setetes. Kalau hujan itu turun, aku, Farid, akan me-
         nyatu  dengan  derai-derainya  menjemput laut  merasakan
        ombaknya digulung-gulung gelombang. Kemudian, kepada
         pasir dan karang akan kutanyakan, "Di mana aku bisa berte-
         mu dengan gadisku?"
              Suatu malam, ketika Halimah sudah tertidur pulas, aku
        sengaja ke luar rumah. Diskotik tempat gadis itu turun ada-
        lah tujuanku. Entah mengapa aku tiba-tiba butuh dia. Berte-
         mu dengannya, menanyakan namanya, asal-usulnya, Apa-
        kah dia juga mempunyai cerita tentang ibu, nenek, dan ba-
        gaimana kabar adiknya yang katanya mirip dengan Halimah
        itu. Setidaknya, aku dapat menikmati alis tebal di atas mata
        teduhnya. Biar kurasakan debur ombak itu. Lalu, akan kutu-
        turkan pula, seperti apa detak jantungku ketika melukis ke-
        cupannya di kening Halimah. Ah, semuanya tiba-tiba liar dan
        gatal.
              Di pintu masuk diskotik itu, kutemui seorang pemuda
        yang sedang berjaga-jaga. setelah menanyakan perihal ga
        dis itu  dengan menyebutkan ciri-cirinya, pemuda bertubuh
        tegap itu diam sejenak. Lalu, ia menatapku lekat-lekat se
         perti menyelidiki sesuatu yang asing. Mungkin karena me-
   113   114   115   116   117   118   119   120   121   122   123