Page 123 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 123
112
membuatnya bertambah sedih!"
Sahid menggeleng-gelengkan ^epala. "Itu sudah dua,
tahun yang iaiu, Wan! Lag! pula kelakuan putrimu sudah ke-
lewat batas. Setiap hari pulang larut malam. Apa kamu
nggak malu dengan tetangga sekitar?"
Aku terdiam. Merah mukaku, tertampar. Aku sedikit ti-
dak terima Sahid mengkritik Indah meskipun aku tahu Sahid
sebenarnya tidak bermaksud buruk.
"Ah entahlah aku tidak begitu memikirkan hal itu,"
Aku mengangkat bahu.
Apa salahnya jika aku berbahagia melihat Indah baha-
gia? Ah Indah, bidadari keciiku! Dirimu serasa candu.
Kau begitu mempesona, bahkan untuk membuatmu bersedih
pun aku tidak akan tega untuk melakukannya. Itu akan me-
nyakitkan, juga bagi diriku.
Hari demi hari aku semakin menyayanginya. la adaiah
bidadari kecil yang membuat rumahku bercahaya; mercusu-
ar yang menunjukkan jalan pulang kepada mahkota seperti-
ku di saat mengarungi ganasnya ombak kehidupan dan Be
ring sempat kehilangan arah. Saat aku muiai disibukkan oleh
pekerjaan, aku selaiu merindukan makan malam bersama
dengannya. Kami berdua akan menghiasi malam itu dengan
bahagia membuat bintang yang menggantung di langit pun
cemburu.
Kulirik sekaii lagi Indah yang sedang menonton televisi.
Bila keadaannya normal biasanya ia akan merengek minta
dibeiikan ini itu. Tapi, kali ini ia diam saja dan anehnya itu
membuatku semakin tersiksa. Ia tak bergeming, bahkan ke-
tika peragawati-peragawati di layar televisi itu berlenggak-
lenggok memamerkan bermacam-macam baju yang aku tak
yakin bahwa Indah sepenuhnya tidak tertarik untuk memili-
kinya. Ia gadis yang sangat mengikuti perkembangan mode.
Hemm ..., bila esok Indah masih ngambek, rasanya
aku ingin mati saja.

