Page 182 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 182
173
Dimas tersenyum dan melangkah mendahului Tante
Fatma yang berdlri di samping pintu.
"Malam, Om!" sapa Dimas sambil mencium tangan Pa
pa.
"Eh, Dimas apa kabar? Udah makan beium? Ayo makan
temanin Indie!" sapa Papa.
"Terima kasih, Om. Tadi saya sudah makan sebelum ke
sini!" ucap Dimas.
Tidak lama setelah itu, Tante Fatma dan Papa puiang.
"Hati-hati ya, Pa, di jalan!" ucapku sebelum lift khusus
hanya menuju kamarku ditutup.
"Mau minum apa. Dim?" tanyaku sambil membuka kui-
kas dan mengambil minuman kaleng. Dimas masih saja ter-
diam di sofa.
"Indie, maafkan aku ya?" ucap Dimas yang tiba-tiba
duduk berlutut di depanku ketika aku baru meletakkan mi
numan kaleng di atas meja.
"Apa-apaan sih. Dim! Kamu nggak perlu sampai seperti
ini! Udahlah duduk deh!" ucapku menyuruh kembali duduk.
"Kamu hams memaafkanku!" ucap Dimas.
"Aku sudah memaafkan kamu. Dim! Sudahiah, itu bu-
kan sepenuhnya kesalahanmu!" ucapku.
Dimas kembaii duduk. Kami hening dan aku sibuk me-
mainkan remote TV.
"Indie, aku minta maaf atas tuduhanku. Aku masih sa-
yang sama kamu. Maukan kamu jadi pacarku lagi?" tanya
Dimas.
Aku diam.
"Kamu pasti sudah mendengar semuanya dari Helen ya
kan?"tanyaku.
Dimas diam.
"Aku nggak mau kamu ngajakin kembaii hanya karena
kamu tahu kalau aku sudah mau meninggal!" ucapku.
"Bukan! Bukan karena itu Ndie! Ini semua karena aku

