Page 186 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 186
177
"Emang ada apa, lien?" tanya Dimas kemudian.
"Indie, Mas! Tad! Jagi -klta ngobrol bareng Tante Fatma,
Om Adhe, terus ada sepupunya Indie yang kebetulan je-
nguk, tiba-tiba Indie sesak napas dan tidak sadarin diri.
Sama dokter langsung diberi alat kejang jantungi Setelah
dua kali, baru denyut jantungnya balik normal dan sekarang
masuk ICU lagi," ucap Helen menjelaskan dengan nada pa-
nik.
"Terus sekarang?" tanya Dimas langsung terburu-buru
menaiki tangga darurat tanpa menunggu pintu lift terbuka.
"Sekarang masih tak sadarkan diri!" ucap Helen, me-
ngejar Dimas. Begitu sampai ruang tunggu ICU terlihat ke-
luarga Indie sudah lumayan banyakyang datang. Dimas me-
lihat Xante Fatma menangis dan duduk di antara para ke-
luarga.
"Dimas!" panggil Om Adhe.
"lya, Om!" ucap Dimas menghampiri Om Adhe di dekat
pintu masuk ruang ICU.
"Indie, Dim!" ucap Om Adhe.
"Kenapa Indie, Om?" tanya Dimas panik.
"Indie masa krisis. Dim! Kemungkinannya tipis!" ucap
Om Adhe terdengar putus asa. Dimas terkejut dengan ucap-
an Om Adhe di hadapannya dan amat mengerti perasaan-
nya. Om Adhe mengangguk.
"Mungkin kamu bisa membantu Indie untuk bisa kem-
bali kepada kita walaupun itu sementara. Masuklah .../' ucap
Om Adhe.
Dimas mengambil surat Yasin yang dipegang Helen dari
tadi. Kemudian, Dimas masuk ke ruangan itu. Dia menatap
gadis yang dicintainya terlentang di atas tempat tidur. Dimas
tidak mampu menahan tangisnya begitu meletakkan buket
bunga itu di atas meja di samping tempat tidur. Dimas me-
ngelap air matanya dan mencium kening Indie. Dimas me-
narik kurei, duduk di samping Indie dan mulai membaca

