Page 185 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 185
176
terjaga.
"Sayang, kok bangun?" tanya Dimas.
"Hm ... nggak tahu, tiba-tiba saja," ucap Indie terse-
nyum. "Hayo, tidur ... kan masih malam!" ucap Dimas sam-
bil membelai rambutnya.
"Jam berapa sih. Dim?" tanyaku.
"Ehm, jam setengah dua malam." ucap Dimas.
"Berarti ...." ucapku tersenyum.
"Kenapa?" tanya Dimas.
"Kamu lupa ya?" tanyaku. Dimas memandangku de-
ngan tampang bingung.
"Kita kan hari ini setahun, Dimas, kamu kok lupa?" u-
capku.
Dimas terdiam.
"Oh iya ... kok aku bisa lupa ya, happy anniversary
honey/' ucap Dimas sambil mencium keningku. "Aduh, aku
nggak ada persiapan lagi!" ucap Dimas.
"Nggak apa-apa kok! I love you, Dimas," ucapku.
"Love you too, honeyV ucap Dimas tersenyum dan aku
kembali tertidur.
Dimas tak sadarkan diri, ternyata dia mengeluarkan air
mata ketika Indie kembaii tertidur. Dia bukan lupa, dia ha-
nya tidak ingin menambah rasa kesedihannya. Tapi, bagai-
mana pun juga, dia harus membuat hari itu menjadi hari
yang paling bahagia. Dimas menelepon Helen untuk meng-
gantikannya menjaga Indie. Buru-buru dia pergi ke rumah-
nya mengambil hadiah yang sudah dipersiapkannya.
Dimas memarkir mobil di basement rumah sakit. Dia
turun sambil membawa sebuket bunga-mawar merah kesu-
kaan Indie daft melihat Helen dr lobl.
"Heleft!" panggll Dimas.
"Dimas! Oh, than/fs Gocf^ akhirnya elo datang! Cue ber-
usaha telepon elo tapr nggak aktif!" ucap Helen.
Hp gue c/iarger-nya di kamarnya Indie!" ucap Dimas.

