Page 31 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 31

20



            peringatan 'Independence Day' ini.
                Alexandre,
                Kapan kamu menjenguk negerimu Ini?


            Aku tercenung.
            Negeriku?
            Bolehkah aku menyebutnya 'negeriku'?
            Lima tahun yang laiu, aku hanyaiah seorang Saraswati
       kecil yang tidak punya siapa-siapa.
            Suatu ketika, sepulang sekolah, diam-diam aku menuju
       ke Pantai Kuta. Dengan membawa galau yang meronta-ron-
       ta di kepalaku. Sejak tadi, aku sudah menguras air mata ga-
       ra-gara kejadian pagi barusan, tapi air mata itu tidak mem-
       pan, dan hatiku masih terasa pedih.
            Segaianya masih jelas, seperti iayar sinema yang sa-
       ngat besar, mengulang kembali peristiwa dengan gamblang
       tanpa sensor.
            Aku  ingat.  Hanya  dengan  olokan,  mereka sanggup
       menggoreskan beribu-ribu luka di batinku.
            "Saraswati itu anak sampah. Kotor!"
            "Anak haram!"
            "Jangan dekat-dekat Saraswati."
            "Dia anak buangan, jangan mau berteman dengannya."
            Otakku terasa pedih dan iunglai. Aku tidak menjawab
       apa-apa kecuali menangis dan menangis sehingga mataku
       merah. Bu Guru Us mengira aku sakit dan membolehkan
       aku pulang sebelum waktu beiajar habis.
            Masih dengan seragam merah putih, aku tersedu di ba-
       wah pohon kelapa. Sesekali memandang jauh ke iaut, Ko-
       non, aku ditemukan di pantai ini. Berupa orok yang masih
       merah dan lembek, terbungkus dalam tas plastik yang ter-
       geletak di dekat tempat sampah dan hampir saja dimasuk-
       kan ke gerobak petugas kebersihan.
            Lantas apa salahku?
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36