Page 29 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 29

18



       kan selembar kartu namaku di genggamannya,
             "Lima tahun yang lalu, namaku SaraswatI
             Seharian keluar masuk museum dan shop lukisan ber-
       sama rombongan turls darl United States. Memang, aku ti-
       dak bergabung dengan rombongan tur manapun. Tapi, dunia
       ini  begitu sempit, ketika mengunjungi sebuah benteng tua
        peninggalan perang antara Inggris dan Prancis, seorang pe-
        muda kulit putih yang berambut coklat menyapaku. Ternya-
       ta Robbie, sepupu Tascha, teman highschool-ku. Dia sedang
        magang menjadi pemandu para turis.
             Tidak kutolak ajakan Robbie untuk bergabung dengan
       rombongannya. Kurang iebih setengah hari penuh aku dan
       sebelas orang  yang  kelihatannya  seumur dengan  Robbie
        menjelajah Old Quebec.
             Ketika  kami memasuki salah satu shop lukisan, aku
       tergugu seperti kehilangan sesuatu, sesaat setelah pandang-
       anku tertumbuk dengan lukisan seorang penari ball. Ada ra
       sa sepi yang menyengatku. Ada dingin yang aneh menyelu-
        bungiku tiba-tiba.
             "Modemoiselle, vous etes de I'Asie?"
             Refieks aku menoleh. Seorang laki-laki setengah baya
        berkata dengan iringan segaris senyum yang ramah. Dari
        penampilannya, aku mereka-reka dia sebagai pemiiik shop
        ini.
             "Non, Je suis de Ottawa."
             la  mengernyit, sepertinya  merupakan isyarat bahwa
        dia ragu akan jawabanku.
             Aku mencoba mengaiihkan arah pembicaraan itu, "Lu-
        kisannya bagus-bagus ...."
             "Tentu saja. Apaiagi, yang itu, coba Anda lihat," dia
        meiangkah ke salah satu sudut, "Lukisan ini dari Bali," ucap-
        nya dengan intonasi bangga.
             "Bali ..." aku bergumam peian. Dalam hatiku, ada ke-
        pedihan yang tak terjelaskan. Entahlah, kenapa datangnya
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34