Page 33 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 33

22



       ngan Alexandre Laurent, tapl lima tahun yang lalu, namaku
       Saraswatl.
            Hari terakhir di hotel. Besok, pagi-pagi benar, aku ha-
       rus tiba di rumah nenek. Tapi, saat ini perutku terasa iapar.
       Kurogoh beberapa dolar dari travel bag-ku, tidak lupa se-
       lembar kertas yang kutemukan minggu lalu saat merapikan
       loteng rumah.
            Tak lama sesudahnya, aku segera  meninggalkan ka-
       mar. Di hotel ini ada restoran yang masakannya lumayan le-
       zat, tapi aku lebih suka ke kafe murah yang punya the extra
       ordinary capuccino. Tinggal berjalan beberapa biok ke arah
       barat saja.
            Pukul sebelas malam, tapi tak banyak orang di kafe itu.
            Bertemu dengan pemilik kafe yang tambun itu di depan
       bar mini, Sambil kupesan capuccino, dua tangkap sandwich,
       dan seporsi salad, aku berkata padanya, "Votre capuccino
       est tres bon ...."
            Dia tersenyum, "Merci, madmoiseiie."
             Kemudian, langkahku menghampiri pemuda berambut
       hitam yang diberi highiight warna chestnut, yang berada di
       balik  piano itu.  Dia sedang  memainkan bait-bait  Richard
       Claydermann. Walau tak pernah mengenalnya, tapi aku bisa
       saja sok akrab dengan dia.
            "Kamu bisa membaca not ini?"
             Lalu, diambilnya kertas lusuh yang kuangsurkan.
            "Yeah, sedikit. Tapi aku bisa, pasti  bisa," dia  meya-
       kinkanku. Gaya bicaranya menandakan aksen Inggris yang
       kental.
             Lama dipandangnya kertas lusuh itu, "Umm ... agaknya
       ini sudah tua."
             Aku tertawa, "Bisa jadh"
             Keningnya mengernyit bingung.
            "Kaiau boleh, aku ingin sekali mendengarnya, saat ini
       ...," ucapku.
   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38