Page 38 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 38

27



                 Kembali pada sifat dan sikap yang kupertahankan. In-
           tinya, kehidupan sosial kami berubah sejak menikah. Dari
            dua orang yang tidak pernah menipiskan dompet untuk alas-
           an sepele (karena tidak pernah punya is! dompet untuk dibu-
           ang dengan alasan sepele), kami cukup beruntung bisa me-
           rambah ke perumahan yang bereputasi balk, lalu akhirnya
            bekerja dengan imbalan cukup bag! kami untuk setidaknya
           merencanakan untuk punya seorang anak,
                 Punya anak? Selama dua puluh tahun pertama dalam
           hidupku, aku seiaiu  menganggap punya anak itu  kutukan
           dan kebodohan. Waktu menerima lamarannya itu, aku ber-
           kata tidak akan menjadi ibu dari anaknya. Herannya dia be-
           gitu yakin berkata, "Tapi bukan pasti nggak, kan?"
                Aku baru  mengabaikan keraguanku tentang respons
           dia itu  setelah  mendengar janjinya bahwa dia tidak akan
           memaksaku sampai kapan pun, dan apa pun omongan orang
           nanti.
                Tapi kemudian-ini perubahan dalam hidupku--aku rasa
           status itu tidak akan memberatkan. Aku akan tetap meng-
           ajar nantinya, aku tidak akan mengubah kehidupan profe-
           sionaiku. Entah, aku memutuskan hal ini hanya dalam dua
           menit waktu itu.
                Jadi, pada akhir tahun ketiga pernikahan kami, aku ha-
           mil. Anehnya aku tidak merasakan perubahan apa-apa. Jus-
           tru suamiku yang ribut. Seolah dengan itu dia baru benar-
           benar mendapatkan bukti seberapa aku mencintai dia. Atau
          seperti itulah kelihatannya.
                Kehidupan baru dalam tubuhku itu seolah justru hanya
          aku kecil yang akan lahir lagi. Aku sendiri. Bukan nyawa
          lain. Bukan jiwa lain. Tentu saja aku tidak bisa mengutara-
          kan hal ini pada siapa-siapa.
                Bohong! Sebenarnya sebelum aku mengenal suamiku
          dengan agak akrab, aku memiliki seorang teman yang selalu
          berbagi topik filosofis denganku, yang kukenal baik secara
   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43