Page 36 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 36
EDENA
Anita Wijaya
Aku tidak akan pernah mengerti bagaimana mencintai la-
ki-laki: tidak ketika aku puber dan takzim menyaksikan
fungsi biologis tubuhku; tidak ketika beranjak dua puluh dan
menyadari betapa seks menarik minat semua orang lain;
tidak pula ketika aku terheran-heran oleh jawaban 'ya' yang
kuberikan atas lamaran pertama yang ditujukan kepadaku.
Yah, meskipun kenyataannya aku pernah pacaran
semasa SMA selama hampir setahun, dan bahwa justru da-
lam kurun waktu itu aku, main—dalam arti sebenarnya—gila
dengan seorang asing yang baru kukenal.
Aku selalu gagal menempatkan segitiga itu dengan be-
nar dan tepat: aku, seorang laki-laki, dan cinta. Selalu ada
yang timpang dan hilang. Ketika kelas dua SMA aku mulai
pacaran, laki-laki itu ada. Mungkin ada cinta di auranya.
Tapi, aku tidak ada di sana. Hubungan itu hanya berpusat
pada laki-laki itu, tidak muncrat sedikit pun pada porsiku.
Ketika memutuskan untuk menggoda seorang turis kulit pu-
tih yang sedang kupandu berlibur pun, hanya ada aku dan
laki-laki itu. Setelah menjadi istri orang, aku ada di sana,
cinta itu ada dari dia. Namun, dia bukan sesosok manusia
yang hadir.
Suamiku sejak awal tidak pernah menyinggung ka-
rakterku. Dia menikahiku tanpa sebab asal yang bisa kupa-

