Page 28 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 28
17
"Aku kirim kabar terbaru di Indonesia. Don't you want
it?"
"Sure. Aku selalu perlu Itu."
"Segera buka e-mail, ya
"Jangan kuatir, deh."
"Ok. Have a nice holiday ...."
Aku mengenal Damar di Pulau Kodiak. Setahun lalu, di
bawah kungkungan dingin yang memaksa aku dan rombong-
an peneliti-peneliti muda di sekolahku harus memakai fur
yang bukan main tebainya. Tapi, masih saja dingin itu men-
jalani pori-pori.
Guru history kami, Mr. Davies, adalah seorang arke-
olog. Beliau mengajak kelompok ilmiah di sekolah kami
untuk mengenal komunitas Alutiiq yang diyakini sebagai ko-
munitas asli yang pertama kali menghuni Alaska.
Ketika itu kami mengamati seorang laki-laki tua Alutiiq
yang sedang menangkap ikan salmon, dan tak jauh dari ka
mi, seorang pemuda berwajah Timur sibuk mengambil gam-
bar-gambar bagus dengan Nikon-nya.
Yang aku ingat, tak lama kemudian dia menyapa kami
dan menanyakan apakah dia boleh memotret kami. Dan, Syl
yang paling duluan berteriak, "Boleh saja."
Selanjutnya, kami pun sudah memanggil namanya, dan
... seperti yang sudah aku duga, dia orang Asia. Tapi, bukan
main kagetnya begitu aku tahu tanah airnya.
"Indonesia."
Aku membuat Mr. Davies kelimpungan dengan meml-
sahkan diri dari rombonganku. Hanya satu jam, tapi cukup
untuk membuat mereka repot. Sementara itu, aku enak-
enakan mendengap kabar tentang Indonesia dart Damar
yang baru kami kenal, sambil mojok di belakang rumah seo
rang Alutiiq kenalan Damar.
Akhirnya, kami berpisah dan datam bahasa Indonesia
yang terpatah-patah, aku berkata pelan sembari menyelip-

