Page 52 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 52

41




                "Payah, nggak gaul." ejek Tama.
                "Waktu itu kamu belum lahir. Lagi pula Eyang kita lebih
           bangga  menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia. Lebih
           menunkan jati diri kita. 'Kan, kita hams bangga dengan bu-
          daya kita." Hanif menjelaskan kepada Dita.
                "Tapi Eyang itu  diktator, kalau sama Dita  pasti deh
           perlakuannya  beda. Masak yang lain  main, Dita  disuruh
           menjahit, norak banget. Yang lain karate, Dita disuruh nari.
          Pokoknya kalo sama Dita ngeri." keluh Dita.
               "Kamu itu cewek. Coba sekarang tanya sama teman-
          teman kamu, berapa banyak yang bisa  masak dan jahit?
          Kamu ini calon ibu, makanya harus bisa mengurusi rumah
          tangga. Apalagi sekarang sudah jarang ibu rumah tangga
          yang bisa memasak sama menjahit. Kamu dididik seperti itu
          biar bisa jadi ibu rumah tangga yang baik. Terus kalo kamu
          main sama kita-kita,  nanti  kamu pasti  deh tumbuh jadi
          cewek tomboi. Orang nggak main sama kita aja udah me-
          nunjukkan gejala tomboi. Sekarang ini, susah nyari cewek
          yang lemah lembut, sopan sama orang tua.
                Eyang  itu  cuma ingin  mendidik  kamu jadi  wanita
          Indonesia yang punya tata krama dan lemah lembut, tapi
          punya otak, pinter, dan berpendidikan. Mbok ya sekali-sekaii
          kamu itu mikir dari sisi positifnya. Gitu Iho. Eyang itu paling
          sayang sama kamu, hanya saja  caranya  yang lain.  Dia
          nggak mau kamu jadi gadis manja. Eyang ingin kamu jadi
          gadis yang kuat, nggak gampang cengeng. Mungkin kesa-
          lahan Eyang adalah hanya bisa  melarang kita tanpa bisa
          memberi tahu alasannya. Tapi, itu semua tujuannya pasti
          untuk kebaikan kita juga kok. Ngerti nggak?" Tama yang
          biasanya nggak bisa serius, mukanya berubah menjadi sa-
          ngat serius saat menjelaskan kepada Dita.
               "Lagian, kamu Itu nggak diperlakukan beda, hanya saja
          perlakuan  Eyang itu  disesuaikan sama tugas kita. Eyang
          nggak akan memberatkan kita. Tapi karena kita sudah benci
   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57