Page 48 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 48
37
Setelah Eyang pergi, Bapak mulai blcara, "Yang sabar
ya, Dit."
"lya Pak," jawab Dita.
"Begitulah sifat Eyangmu. Ya sudah, ayo semua bela-
jar." perintah Bapak. Semua orang lalu meninggalkan pen-
dopo itu.
Di kamar, Dita menangis. In! adalah pertama kalinya
Dita telat pulang tanpa izin Eyang, tapi Dita sudah telepon
Bapak Hanya saja Bapak lupa menyampaikan pesan Dita.
Saat itu, handpone Dita habis baterainya. Jadi, dimatikan
oleh Dita. Dita kesal sekaii pada Eyang Putrinya yang kolot.
Dita ingin bebas, seperti teman-teman yang lain. Dalam pi-
kiran Dita berkecamuk perasaan kesai dan takut pada Eyang
Putri. Akhirnya, tanpa sadar Dita terieiap dalam kekesalan-
nya pada Eyangnya, sampai-sampai tertawa dalam mimpi.
***
Benin slang, saat pulang sekoiah, di taman sekolah
Dita.
"Apa! Eyang Putri kamu sampai seperti itu marahnya?"
Anti sahabat Dita kaget mendengarnya.
"lya, sebenarnya Eyang Putri pertama kali menyambut
sambil senyum. Tapi, setelah tahu aku pulang diantar Widi,
Eyang langsung marah," cerita Dita lemas.
"Lho, jadi keluargamu belum tahu hubungan kalian?"
"Aku masih cinta dunia ini, Anti. Bisa digantung aku ka-
lau mereka sampai tahu, terutama Eyangku. Kami 'kan
backstreet. Kalau kita mau pergi-pergi pasti harus bohong,
bilangnya ada kegiatan di sekolah."
"Kamu nggak berani membela diri?" tanya Anti. Dita
hanya bisa menggeleng.
"Kalau Eyang bicara tidak ada yang boleh memberon-
tak," jelas Dita.
"Tragis." Anti merasakan kesedihan sahabatnya itu.
"Sejak kecil aku selalu dikekang. Tidak boleh ini, tidak

