Page 45 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 45
34
adalah keyakinan kami bahwa sebenarnya hubungan pla-
tonik seperti ini jauh lebih berarti daripada hubungan roman-
tis atau semacamnya yang kami punyai masing-masing. Aku
tidak pernah ingin tidur dengannya atau semacam itu dan
aku berani mempertaruhkan tulang belakangku bahwa dia
juga tidak pernah punya keinginan seperti itu,
Aku tidak ingin membuka amplop itu di rumah. Jadi,
puiang dari sekolah aku singgah di mal terdekat dan makan
junk food demi mendapat tempat untuk membuka amplop
itu. Amplop itu memang agak tebal, tetapi sewaktu aku du-
duk dengan sepiring waffle dan segelas rootbeer di mejaku,
amplop itu terasa lebih tebal. Aku bertanya-tanya.
Di dalamnya ada dua surat. Yang pertama berisikan
dua lembar tulisan tangan, semua tanggal perbincangan
Sabtu kami sekaligus juga topiknya. Dia tidak menuliskan
pesan dan kesan atau opini apapun juga. Aku yakin surat
kedua memiliki perwajahan yang berbeda. Aku benar. Surat
kedua adalah selembar kertas bertuliskan nama depanku sa-
ja. Edena. Di bawahnya tergambar sebuah segitiga. Aku me-
rasakan kebencian yang membara terhadap seluruh dunia.
Ketika puiang, aku mulai berpikir bahwa dia ingin
mengatakan bahwa seberapa pun aku ingin mengidentikkan
diriku dengan pembicaraan-pembicaraan kami dan cara ber-
pikirku. Aku harus bisa memisahkan aku dari semua itu ka-
rena berbagai alasan. Betapa pandainya dia.
Sesampai di rumah entah mengapa aku ingin mem-
berikan respon kepada surat itu, biarpun hanya aku yang
tahu. Tiba-tiba aku tahu apa yang akan aku lakukan.
Aku tidak bisa dibilang akrab dengan kakakku satu-
satunya itu. Selain terlalu berani, dia juga selalu mengang-
gap aku tidak sepandai dia. Tetapi, aku tidak pernah kebe-
ratan dengan hal itu. Cara berpikir kami memang lain, belum
lagi aktivitas kami. Dia suka membicarakan hal-hal memu-
singkan seperti apa sebenarnya batas ketidakterbatasan

