Page 47 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 47

EYANG PUTRI
      Dian Prima




       Sabtu malam, di  pendopo keluarga R.M. Tikno Haryo

           Supardi.
            "Apa gunanya Bapakmu itu  memberi kamu handpone
       kalau hanya untuk pajangan. Wong diteiepon dari tadi kok
       main terus. Pokoknya, Eyang Putri nggak suka kamu keiu-
       yuran yang nggak ada gunanya seperti itu. Eyang mau kamu
       beiajar. Lihat kakak-kakakmu itu semua di UGM. Lebih baik
       kamu tak usah kuliah kalau tak diterima di universitas nege-
       ri!" Eyang putri menatap Dita dengan tajam.
            "lya Eyang. Dita janji nggak akan keluyuran lagi. Dita
       minta maaf, Eyang". Dita  menunduk saat dimarahi Eyang
       Putrinya.
            Di pendopo rumah yang luas itu, Dita serasa kecil seka-
       11. Suara amarah Eyang Putri yang tegas itu  menggema ke
       seluruh ruangan. Tak ada yang bisa membeianya. Bahkan
       Bapak, Ibu, Mas Hanif, Mas Wisnu, MasTama. Mereka hanya
       bisa memandang iba. Sidang yang dipimpin eyang putri ini
       memang lebih  mengerikan daripada sidangnya Bu Susan,
       guru BK di sekolah Dita.
            "Ya sudah, sekarang  kamu masuk kamar. Beiajar."
       Eyang Putri mengakhiri sidangnya dan segera menlnggalkan
       pendopo, diiringl oleh  Mbok Las dan  Mbok Suti.  Mereka
       adalah abdi setia Eyang sejak dulu.
   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52