Page 78 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 78

67



           di^aiitapanku. Bapak ini^lihataniiya^asriiisemangat muda
           meskipun rambutnya^udah^eruban.
                Senyum kecil ^mengembang di wajahnya. Kali In! aku
           mulal menguasal diriku.
                ""■Pak Ustad/' kataku lirlh. Kutatap baik-baik sahabat se-
          kaligus kyai papa in!, LagiKlagi senyum kecil mengembang dl
           wajahnya/ Kemudian, fnembimbr^        berdirl dan meninggal-
          kan pusara mama. Sebenarnya aku agak keberatan, tap! aku
          juga tak kuasa menolaknya.
                "Maaf, bukan maksudku untuk mencampuri urusan ke-
          luarmu. Tap!, aku tidak tahan melihat perllakumu pada  pa-
          pamu," Pak Ustad serlus.
                "Apakah Bapak tahu apa yang Lutfie rasakan," tanyaku
          lirlh,
                "Benar! Bahkan, sangat tahu."
                Aku tak heran mendengarnya karena dia adalah orang
          yang dekat dengan Allah. Jadi, aku sedikit banyak bisa tahu
          is! hat! orang lain.
                "Sebenarnya,  tak  benar  jika  dntanya  pada  mamamu
          sudah luntur."
                "Setiap hari Jumat dia menyempatkan diri ke sini."
                "la sendiri yang membersihkan pusara mamamu?"
                Aku hanya mengangguk. Tapi di hatiku aku membenar-
          kannya.
                "Kadang aku tak tega melihat berhujan-hujan dl dekat
          pusara mamamu."
               "Aku selatu membujuknya untuk berteduh. Namun, aku
          seialu  mendapatkan  jawaban  yang  sama.  Bukankah  kamu
          tahu kesedihanku tak dapat dilunturkan oleh hujan. Bukan
          kah  kamu  tahu  tak  mungkin  dapat  aku  lupakan  Linda,  ia
          begitu sempurna bagiku. Tak mungkin dapat kulupakan se-
          umur hidupku."
               "Sebenarnya, papamu juga sudah tahu."
               Aku kaget mendengarnya. "Apa? Papa sudah tahu?"
   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83