Page 73 - Perempuan Penggemar Keringat (2002)
P. 73

PRASAMGKA
      Heri Kurniawan



       Pandanganku menerawang menembus sebuah kaca jen-

          dela yang kebetulan terletak tak jauh dari tempat du-
      dukku. Kulihat pemandangan yang tidak jauh beda dengan
      keadaan setahun yang lalu, saat aku dengan berat hati me-
      ninggalkan kota kelahiranku.
            Hampir tak dapat kupercaya aku  bisa  meninggalkan
      kota ini setahun yang lalu. Bahkan, aku pernah berjanji mo-
      gok makan jika tetap memaksaku untuk tinggal bersama ka-
      kek di Jombang, ditambah rumah kakek berada dalam kom-
      pleks Pondok Denanyar. Semua itu  membuat ciut nyaliku.
      Aku nggak tahu mengapa aku dulu sangat membenci ling-
      kungan pondok, mungkin karena teman-teman selalu  me-
      nakut-nakutiku  bahwa lingkungan  pondok adalah  tempat
      penampungan anak-anak nakal. Pondok merupakan gudang
       penyakit, di pondok nggak bisa makan enak dan masih ba-
       nyak lagi image negatif yang memenuhi otakku.
            Baru kali ini aku rasakan tujuan mulia mama. Seandai-
       nya aku tidak  mondok mungkin aku masih menjadi anak
       mama, anak yang hanya bisa ngabisin kekayaan orang tua
      dan beban keluarga.
            Aku sadar dari lamunanku ketika kurasakan kereta me-
      lambat.
            Kubuka lagi tas biru yang ada di sampingku, mungkin
   68   69   70   71   72   73   74   75   76   77   78